Di balik sukses evakuasi Eri Yunanto, Mahasiswa Atmajaya Yogyakarta yang jatuh ke dalam kawah Gunung Merapi pada Sabtu 16 Mei 2015, ada 6 pemberani yang gagah yang bernyali memasuki kawah Gunung Merapi untuk memasangkan tali ke tubuh survivor agar bisa di angkat dari dasar jurang kawah. Memang, di balik sukses besar ada keberanian yang besar pula.
Enam orang tersebut adalah Bakat Setyawan alias Lahar, Endro Sambodo, Andry Suzanto, Muchsin, Rahmadiono dan Ridho. Nama pertama berasal dari relawan Barameru Boyolali, sedangkan lima nama terakhir berasal dari Tim SAR DIY.
Dari keenam orang itu, hanya dua orang yang benar - benar masuk hingga dasar kawah, sedangkan empat lainnya memberikan back - up di ketinggian 50 meter dari dasar kawah. Dua orang yang masuk hingga dasar itu adalah Bakat Setyawan alias Lahar dan Endro Sambodo.
Bagi Bakat, masuk ke kawah Merapi bukan hal baru. Tahun 2014 lalu, dia juga melakukan hal serupa pada bulan Mei dan November 2014 lalu, dalam rangka pemetaan mitigasi bencana. Bahkan Bakat, atau yang akrab disapa Lahar oleh kawan - kawan sesama relawan, pernah memperkirakan bahwa kejadian yang dialami Eri kali ini akan terjadi pada suatu saat.
Kerja keras sebagai relawan sudah dilakoni Bakat sejak bergabung di Relawan Barameru Boyolali sejak tahun 2008. Tak cuma membantu pendaki yang tersesat atau hilang, lelaki itu juga membantu warga ketika Merapi mengalami erupsi dari waktu ke waktu.
Bahkan tak cuma di Merapi, Bakat juga beberapa kali datang ke lokasi bencana gunung meletus di daerah lain, untuk membantu warga yang menjadi korban. "Saya beberapa kali ke Sinabung untuk membantu menyelamatkan warga dari amukan lahar panas di sana," ujar pemuda asal Desa Kembang Kuning, Cepogo, Boyolali tersebut.
Untuk Di Ingat
Banyaknya pendaki yang sampai ke puncak Merapi, sedikit banyak dipengaruhi oleh budaya pop media sosial ( medsos ). Hal itu membuat pendaki pemula yang belum berpengalaman ikut - ikutan dalam tren tersebut.
Tren mengunggah foto di puncak Merapi, bisa mengakibatkan pendaki pemula merasa ingin ikut - ikutan. Secara protap teknis, pihak TNGM sudah melakukan berbagai peringatan melalui petugas basecamp ataupun papan peringatan. Akan tetapi hal tersebut masih banyak dilanggar oleh pendaki.
Standard perlengkapan pendakian pun masih banyak dilanggar, ada beberapa diantaranya masih membawa celana jeans ataupun pendek, bekal minum yang mereka bawa pun masih kurang. Hal - hal tersebut lah yang kemudian perlu mendapatkan evaluasi lebih lanjut.
Para pendaki sebaiknya mematuhi semua peraturan pendakian, khususnya di Gunung Merapi. Termasuk diantaranya larangan untuk "muncak", pada puncak setinggi sekitar 2.968 Mdpl tersebut..
Enam orang tersebut adalah Bakat Setyawan alias Lahar, Endro Sambodo, Andry Suzanto, Muchsin, Rahmadiono dan Ridho. Nama pertama berasal dari relawan Barameru Boyolali, sedangkan lima nama terakhir berasal dari Tim SAR DIY.
Dari keenam orang itu, hanya dua orang yang benar - benar masuk hingga dasar kawah, sedangkan empat lainnya memberikan back - up di ketinggian 50 meter dari dasar kawah. Dua orang yang masuk hingga dasar itu adalah Bakat Setyawan alias Lahar dan Endro Sambodo.
Bagi Bakat, masuk ke kawah Merapi bukan hal baru. Tahun 2014 lalu, dia juga melakukan hal serupa pada bulan Mei dan November 2014 lalu, dalam rangka pemetaan mitigasi bencana. Bahkan Bakat, atau yang akrab disapa Lahar oleh kawan - kawan sesama relawan, pernah memperkirakan bahwa kejadian yang dialami Eri kali ini akan terjadi pada suatu saat.
Kerja keras sebagai relawan sudah dilakoni Bakat sejak bergabung di Relawan Barameru Boyolali sejak tahun 2008. Tak cuma membantu pendaki yang tersesat atau hilang, lelaki itu juga membantu warga ketika Merapi mengalami erupsi dari waktu ke waktu.
Bahkan tak cuma di Merapi, Bakat juga beberapa kali datang ke lokasi bencana gunung meletus di daerah lain, untuk membantu warga yang menjadi korban. "Saya beberapa kali ke Sinabung untuk membantu menyelamatkan warga dari amukan lahar panas di sana," ujar pemuda asal Desa Kembang Kuning, Cepogo, Boyolali tersebut.
Untuk Di Ingat
Banyaknya pendaki yang sampai ke puncak Merapi, sedikit banyak dipengaruhi oleh budaya pop media sosial ( medsos ). Hal itu membuat pendaki pemula yang belum berpengalaman ikut - ikutan dalam tren tersebut.
Tren mengunggah foto di puncak Merapi, bisa mengakibatkan pendaki pemula merasa ingin ikut - ikutan. Secara protap teknis, pihak TNGM sudah melakukan berbagai peringatan melalui petugas basecamp ataupun papan peringatan. Akan tetapi hal tersebut masih banyak dilanggar oleh pendaki.
Standard perlengkapan pendakian pun masih banyak dilanggar, ada beberapa diantaranya masih membawa celana jeans ataupun pendek, bekal minum yang mereka bawa pun masih kurang. Hal - hal tersebut lah yang kemudian perlu mendapatkan evaluasi lebih lanjut.
Para pendaki sebaiknya mematuhi semua peraturan pendakian, khususnya di Gunung Merapi. Termasuk diantaranya larangan untuk "muncak", pada puncak setinggi sekitar 2.968 Mdpl tersebut..