Tersiarnya kabar tentang pendaki yang tewas di kawah gunung Merapi dan evakuasi belasan mahasiswa Indonesia dari pegunungan di Jerman adalah sebuah pelajaran teramat penting. Mendaki gunung memang menyenangkan, tetapi alangkah menyenangkan lagi apabila Anda menjadi pendaki yang cerdas memiliki ilmu yang cukup bisa di andalkan.
Banyak tayangan film ataupun acara alam bebas di televisi yang sukses menularkan tren mendaki gunung bagi kalangan anak muda. Tidak hanya mereka yang aktif di kegiatan pecinta alam, namun juga mereka yang tidak aktif di sana. Ditambah lagi kebiasaan anak muda yang ingin eksis mencari jati diri, maka puncak gunung dianggap sebagai salah satu cara pembuktian di dalam lingkungan sosial mereka.
Pendaki Erri Yunanto yang tewas di kawah Gunung Merapi setelah berfoto di Puncak Garuda, sebuah spot yang berbahaya. Tidak lama, beredar sejumlah meme di social media yang mengkritik perilaku para pendaki yang berniat eksis di social media, namun mengabaikan keamanan dan keselamatan.
"Jadi eloh naek gunung tinggi - tinggi cuma buat selfie terus pamer di socmed?" begitulah tulisan meme yang beredar.
Kasus kedua adalah evakuasi belasan mahasiswa Indonesia dari pegunungan Watzmann, Alpen bagian Jerman oleh tim SAR Jerman. Mereka nekat mendaki gunung padahal sudah diperingatkan ancaman badai salju. Untung saja nyawa mereka terselamatkan.
Dari dua masalah di atas, dirasa perlu untuk memberi pengetahuan tentang mendaki gunung agar kita memiliki pemahaman yang tepat bahwa naik gunung adalah kegiatan yang serius dan bertanggung jawab. Memang butuh banyak pengetahuan dan persiapan untuk mendaki gunung.
Apa yang harus dipersiapkan, bagaimana cara packing yang benar, apa yang harus diwaspadai di gunung dan bagaimana cara mengurus perizinan. Naik gunung perlu meminta izin lho ke kantor Taman Nasional atau dinas kehutanan setempat.
Bagaimana dengan makanan, obat - obatan, memasang tenda, teknik mendaki yang benar sampai dengan solusi menghadapi kondisi alam yang di luar dugaan? Semua itu juga harus kita ketahui. Di sisi lain, naik gunung juga punya banyak manfaat mulai dari melatih kerja sama tim dan menghargai alam.
Etika juga adalah penting untuk diperhatikan. Banyak aturan tidak tertulis mengenai mendaki gunung. Sopan santun terhadap alam, bukan sesuatu yang mengada - ada. Setidaknya para pendaki punya aturan internasional.
"Take nothing but pictures, kill nothing but time, leave nothing but footprints," begitulah semboyan mereka. Artinya buang sampah, perusakan dan vandalisme sudah jelas tindakan tercela. Setelah itu, barulah kita memilih gunung apa yang ingin kita daki.
Silakan pilih dan rancang perjalanan kita ke gunung yang dituju. Buatlah perencanaan yang sempurna. Ingat - ingat ya, ketika melangkahkan kaki menuju alam rimba, pastikan kita memiliki pemahaman yang lurus tentang kegiatan naik gunung.
Kita tidak menaklukan puncak gunung, yang kita taklukan di sana adalah ego dan kesombongan kita sendiri. Perjalanan menuju puncak, adalah pencarian jati diri dengan kesabaran dan membangun ikatan kuat dengan teman - teman.
Di puncak gunung nanti, kita adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan alam. Kita adalah Sunrise, kita adalah embun, kita hanyalah batu kerikil di hadapan pemandangan alam yang indah ciptaan Tuhan. Jadilah pendaki gunung yang bersikap dewasa dan bertanggung jawab. Itu tidak akan mengurangi keseruan petualangan kita.
Dengan sikap yang tepat, alam liar akan menyambut kita dengan tangan terbuka. Selamat mendaki gunung! src
Banyak tayangan film ataupun acara alam bebas di televisi yang sukses menularkan tren mendaki gunung bagi kalangan anak muda. Tidak hanya mereka yang aktif di kegiatan pecinta alam, namun juga mereka yang tidak aktif di sana. Ditambah lagi kebiasaan anak muda yang ingin eksis mencari jati diri, maka puncak gunung dianggap sebagai salah satu cara pembuktian di dalam lingkungan sosial mereka.
Pendaki Erri Yunanto yang tewas di kawah Gunung Merapi setelah berfoto di Puncak Garuda, sebuah spot yang berbahaya. Tidak lama, beredar sejumlah meme di social media yang mengkritik perilaku para pendaki yang berniat eksis di social media, namun mengabaikan keamanan dan keselamatan.
"Jadi eloh naek gunung tinggi - tinggi cuma buat selfie terus pamer di socmed?" begitulah tulisan meme yang beredar.
Kasus kedua adalah evakuasi belasan mahasiswa Indonesia dari pegunungan Watzmann, Alpen bagian Jerman oleh tim SAR Jerman. Mereka nekat mendaki gunung padahal sudah diperingatkan ancaman badai salju. Untung saja nyawa mereka terselamatkan.
Dari dua masalah di atas, dirasa perlu untuk memberi pengetahuan tentang mendaki gunung agar kita memiliki pemahaman yang tepat bahwa naik gunung adalah kegiatan yang serius dan bertanggung jawab. Memang butuh banyak pengetahuan dan persiapan untuk mendaki gunung.
Apa yang harus dipersiapkan, bagaimana cara packing yang benar, apa yang harus diwaspadai di gunung dan bagaimana cara mengurus perizinan. Naik gunung perlu meminta izin lho ke kantor Taman Nasional atau dinas kehutanan setempat.
Bagaimana dengan makanan, obat - obatan, memasang tenda, teknik mendaki yang benar sampai dengan solusi menghadapi kondisi alam yang di luar dugaan? Semua itu juga harus kita ketahui. Di sisi lain, naik gunung juga punya banyak manfaat mulai dari melatih kerja sama tim dan menghargai alam.
Etika juga adalah penting untuk diperhatikan. Banyak aturan tidak tertulis mengenai mendaki gunung. Sopan santun terhadap alam, bukan sesuatu yang mengada - ada. Setidaknya para pendaki punya aturan internasional.
"Take nothing but pictures, kill nothing but time, leave nothing but footprints," begitulah semboyan mereka. Artinya buang sampah, perusakan dan vandalisme sudah jelas tindakan tercela. Setelah itu, barulah kita memilih gunung apa yang ingin kita daki.
Silakan pilih dan rancang perjalanan kita ke gunung yang dituju. Buatlah perencanaan yang sempurna. Ingat - ingat ya, ketika melangkahkan kaki menuju alam rimba, pastikan kita memiliki pemahaman yang lurus tentang kegiatan naik gunung.
Kita tidak menaklukan puncak gunung, yang kita taklukan di sana adalah ego dan kesombongan kita sendiri. Perjalanan menuju puncak, adalah pencarian jati diri dengan kesabaran dan membangun ikatan kuat dengan teman - teman.
Di puncak gunung nanti, kita adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan alam. Kita adalah Sunrise, kita adalah embun, kita hanyalah batu kerikil di hadapan pemandangan alam yang indah ciptaan Tuhan. Jadilah pendaki gunung yang bersikap dewasa dan bertanggung jawab. Itu tidak akan mengurangi keseruan petualangan kita.
Dengan sikap yang tepat, alam liar akan menyambut kita dengan tangan terbuka. Selamat mendaki gunung! src