Gunung - gunung di Indonesia saat ini sedang menerima wabah, yakni wabah demam naik gunung. Bebeapa tahun yang lalu, Base Camp - Base Camp di kaki gunung selalu penuh pendaki saat malam minggu atau hari libur. Sekarang ini setiap hari banyak pedaki yang menyambangi Base Camp untuk mendaki gunung. Apa dampak bagi gunung sendiri?
Demam naik gunung belakangan memang marak di Indonesia. Beragam foto orang sambil memegang tulisan tertentu di puncak gunung kerap kali meninggalkan sampah yang mengotori. Pendaki - pendaki gunung juga tak selalu melakukan operasi semut dalam pendakiannya.
Hal tersebut antara lain karena budaya buang sampah sembarangan ini terjadi karena mental masyarakat yang terbiasa melakukan itu. Masyarakat sehari - hari membuang sampah sembarangan sehingga saat mendaki gunung kebiasaan ini terbawa.
Selain itu ada kecenderungan berpikir anak muda masa sekarang, semakin jauh melanggar aturan akan semakin keren. Hal ini menjadi salah satu pemicu kecenderungan membuang sampah di gunung. Biasanya kan yang melakukan itu berpikir makin melanggar aturan makin keren.
Di lain sisi para pendaki gunung dan calon pendaki sendiri masih perlu banyak diedukasi agar lebih mau menjaga dan menghargai alam. Kalau kita lihat bule sehari - harinya tak buang sembarangan, jadi di gunung juga begitu, ini masalah kebiasaan.
Kita lihat ada beberapa sistem yang cukup menarik dan mungkin dapat diadopsi pihak pengelola gunung untuk menjaga lingkungannya.
Di Nepal, misalnya, para pendaki diminta mendepositkan sejumlah uang sebelum mendaki yang nantinya dapat ditukar kembali dengan sampah yang mereka bawa. Hal ini dilakukan agar pendaki lebih bertanggung jawab atas sampahnya.
Ada sebuah pendapat dari segelintir pendaki, bahwa gunung itu tempat di mana seseorang bisa merasakan kebebasan. "Di gunung kita bebas, kita yang mengatur diri kita. Jadi kalau mau buang sampah ya sudah" Demikian antara lain pendapat itu.
Tetapi kita percaya setiap perbuatan pendaki pasti akan membawa dampak pada mereka sendiri. Kebiasaan membuang sampah itu seharusnya bukan hanya hal yang perlu diprotes di gunung, tapi di semua tempat.
Kita jangan jadikan gunung sebagai simbol tidak boleh buang sampah. Di mana pun tidak boleh buang sampah sembarangan.
Pada intinya, kebiasaan membuang sampah di sembarang tempat, termasuk di gunung yang kita daki adalah karakter dari manusia pendaki itu sendiri. Termasuk sampah vandalisme!
“Tulisan memiliki umur yang panjang lebih panjang dari umur kita., tapi vandalisme bukan salah satu cara agar namamu dikenang oleh dunia melebihi umurmu”
Demam naik gunung belakangan memang marak di Indonesia. Beragam foto orang sambil memegang tulisan tertentu di puncak gunung kerap kali meninggalkan sampah yang mengotori. Pendaki - pendaki gunung juga tak selalu melakukan operasi semut dalam pendakiannya.
Hal tersebut antara lain karena budaya buang sampah sembarangan ini terjadi karena mental masyarakat yang terbiasa melakukan itu. Masyarakat sehari - hari membuang sampah sembarangan sehingga saat mendaki gunung kebiasaan ini terbawa.
Selain itu ada kecenderungan berpikir anak muda masa sekarang, semakin jauh melanggar aturan akan semakin keren. Hal ini menjadi salah satu pemicu kecenderungan membuang sampah di gunung. Biasanya kan yang melakukan itu berpikir makin melanggar aturan makin keren.
Di lain sisi para pendaki gunung dan calon pendaki sendiri masih perlu banyak diedukasi agar lebih mau menjaga dan menghargai alam. Kalau kita lihat bule sehari - harinya tak buang sembarangan, jadi di gunung juga begitu, ini masalah kebiasaan.
Kita lihat ada beberapa sistem yang cukup menarik dan mungkin dapat diadopsi pihak pengelola gunung untuk menjaga lingkungannya.
Di Nepal, misalnya, para pendaki diminta mendepositkan sejumlah uang sebelum mendaki yang nantinya dapat ditukar kembali dengan sampah yang mereka bawa. Hal ini dilakukan agar pendaki lebih bertanggung jawab atas sampahnya.
Ada sebuah pendapat dari segelintir pendaki, bahwa gunung itu tempat di mana seseorang bisa merasakan kebebasan. "Di gunung kita bebas, kita yang mengatur diri kita. Jadi kalau mau buang sampah ya sudah" Demikian antara lain pendapat itu.
Tetapi kita percaya setiap perbuatan pendaki pasti akan membawa dampak pada mereka sendiri. Kebiasaan membuang sampah itu seharusnya bukan hanya hal yang perlu diprotes di gunung, tapi di semua tempat.
Kita jangan jadikan gunung sebagai simbol tidak boleh buang sampah. Di mana pun tidak boleh buang sampah sembarangan.
Pada intinya, kebiasaan membuang sampah di sembarang tempat, termasuk di gunung yang kita daki adalah karakter dari manusia pendaki itu sendiri. Termasuk sampah vandalisme!
“Tulisan memiliki umur yang panjang lebih panjang dari umur kita., tapi vandalisme bukan salah satu cara agar namamu dikenang oleh dunia melebihi umurmu”