Gunung Merapi yang merupakan salah satu gunung teraktif di dunia adalah juga menjadi salah satu destinasi wajib bagi para pecinta kegiatan pendakian gunung. Alam luar biasa dan kearifan lokal para penghuni Merapi sangat mudah di temukan di sini. Dan hal tersebut menjadikan Merapi menjadi salah satu gunung yang di rindukan oleh para pendakinya.
Pintu pendakian Merapi kini yang terbuka hanya lewat jalur Selo Boyolali yang di mulai dari Dusun Plalangan, Boyolali. Dari Basecamp pendakian, para pendaki memulai langkah menuju New Selo. Melalui jalan menanjak dan beraspal, berjalan pelan, sambil menghirup udara dalam - dalam sebuah cara agar kondisi tubuh lekas menyesuaikan diri.
Kurang lebih 40 menit perjalanan dengan melewati perkebunan penduduk, akhirnya sampai di batas hutan. Ada dua pilihan jalur untuk kepuncak, lewat jalur utama disebelah kanan atau alternatif disebelah kiri yang dikenal dengan jalur Kartini.
Terus berjalan melewati semak belukar dengan bunga - bunga Babandotan yang mulai bermekaran dan akhirnya sampai juga di pertigaan “Patok 1″. Perjalanan dilanjutkan, dengan jalur yang landai dengan jalan setapak dan beberapa batuan.
Dari lari kecil, melompat, bahkan harus melipir disisi bebatuan agar secepatnya mencapai tujuan bisa Anda lakukan. Patok 2 dan Watu Gajah - pun terlewati, dan kini saatnya Anda mencapai batas vegetasi. Hamparan pasir dan batu terbentang luas didepan mata.
Berjalan disela - sela bebatuan yang menjadi jalur aliran air. Terus melangkah dan tidak terasa sudah sampai di sebuah kawasan yang luas yang disebut Pasar Bubrah atau Pasar Setan. Dari Pasar Bubrah, akan langsung di hadapkan pada pendakian yang sebenarnya. Sesaat memandangi sebuah bukit besar yang mengerucut curam dan mengepulkan asap tebal dan puncak Merapi sudah didepan mata.
ORIENTASI MEDAN
Dengan menganalisa kira - kira nanti dari rute mana untuk memulai pendakian sangat diperlukan agar terhindar dari jalur yang salah. Dengan melihat alur - alur longsoran bebatuan dan pasir, silahkan untuk memanjat dari sisi kiri “timur laut” karena relatif lebih landai dan langsung menuju puncak tanpa ada penghalang batu besar.
Berjalan pelan diantara pecahan material vulkanik, dari batu besar, kerikil, pasir hingga debu halus. Diawali dengan jalur yang landai, namun seolah tubuh akan dihentakkan oleh pemandangan didepan dengan jalur yang curam.
Gunakan metode dengan merayap “Scrambling” untuk mencoba menyisir dan memanjat dinding batu dan pasir. Mencari pijakan kaki dibatu yang kompak, atau akan terperosok kebawah dan jatuh bebas bergulingan.
Berjalan sambil berurutan depan belakang secara vertikal sangat tidak disarankan, sebab akan sangat berbahaya dengan longsoran batu. Berjalan secara beriringan secara horizontal, zig - zag dengan tetap menjaga jarak dan di jalur yang aman lebih disarankan untuk meminimalkan resiko. Berjalan dengan hati - hati dan tetap menjaga keselamatan diri dan pendaki lain mutlak diperlukan.
Sesampai di puncak, tidak ada “Kawah Mati dan Puncak Garuda” yang menjadi ikon Merapi. Semua berubah disaat kepulan asap putih menyembur keatas dan tangan sudah menggapai batu terakhir. Ini puncak dengan kaldera luas dan bibir kawah yang yang bergelombang.
Dibeberapa sisi nampak permukaan puncak yang tidak merata dan bergelombang diiringi suara gemuruh dari bawah sana, apalagi kalau bukan kawah. Seluas mata memandang sisi selatan dan barat daya yang ada hanya asap putih tebal dan dengan angin mengarah ke barat.
Berjalan di igir - igir kawah dengan ekstra hati - hati untuk melihat beberapa sisi Kawah dengan ketinggian dan tingkat kesulitan yang berbeda. Bila hati merasa ingin menggapai sebuah bukit kecil yang kemungkinan puncak sejati disisi Utara mengarah ke barat laut, urungkanlah, kartena resiko yang dipertaruhkan cukup besar.
Sebuah tantangan untuk mereka mau merintis menuju puncak sejati, sebab bukan perkara yang mudah untuk membuka jalur. Kemungkinan dibutuhkan peralatan panjat tebing sebagai pengaman yang mutlak diperlukan. Gunung Merapi memberikan kesempatan emas bagi mereka yang mencintai petualangan adrenalin diketinggian.
Pintu pendakian Merapi kini yang terbuka hanya lewat jalur Selo Boyolali yang di mulai dari Dusun Plalangan, Boyolali. Dari Basecamp pendakian, para pendaki memulai langkah menuju New Selo. Melalui jalan menanjak dan beraspal, berjalan pelan, sambil menghirup udara dalam - dalam sebuah cara agar kondisi tubuh lekas menyesuaikan diri.
Kurang lebih 40 menit perjalanan dengan melewati perkebunan penduduk, akhirnya sampai di batas hutan. Ada dua pilihan jalur untuk kepuncak, lewat jalur utama disebelah kanan atau alternatif disebelah kiri yang dikenal dengan jalur Kartini.
Terus berjalan melewati semak belukar dengan bunga - bunga Babandotan yang mulai bermekaran dan akhirnya sampai juga di pertigaan “Patok 1″. Perjalanan dilanjutkan, dengan jalur yang landai dengan jalan setapak dan beberapa batuan.
Dari lari kecil, melompat, bahkan harus melipir disisi bebatuan agar secepatnya mencapai tujuan bisa Anda lakukan. Patok 2 dan Watu Gajah - pun terlewati, dan kini saatnya Anda mencapai batas vegetasi. Hamparan pasir dan batu terbentang luas didepan mata.
Berjalan disela - sela bebatuan yang menjadi jalur aliran air. Terus melangkah dan tidak terasa sudah sampai di sebuah kawasan yang luas yang disebut Pasar Bubrah atau Pasar Setan. Dari Pasar Bubrah, akan langsung di hadapkan pada pendakian yang sebenarnya. Sesaat memandangi sebuah bukit besar yang mengerucut curam dan mengepulkan asap tebal dan puncak Merapi sudah didepan mata.
ORIENTASI MEDAN
Dengan menganalisa kira - kira nanti dari rute mana untuk memulai pendakian sangat diperlukan agar terhindar dari jalur yang salah. Dengan melihat alur - alur longsoran bebatuan dan pasir, silahkan untuk memanjat dari sisi kiri “timur laut” karena relatif lebih landai dan langsung menuju puncak tanpa ada penghalang batu besar.
Berjalan pelan diantara pecahan material vulkanik, dari batu besar, kerikil, pasir hingga debu halus. Diawali dengan jalur yang landai, namun seolah tubuh akan dihentakkan oleh pemandangan didepan dengan jalur yang curam.
Gunakan metode dengan merayap “Scrambling” untuk mencoba menyisir dan memanjat dinding batu dan pasir. Mencari pijakan kaki dibatu yang kompak, atau akan terperosok kebawah dan jatuh bebas bergulingan.
Berjalan sambil berurutan depan belakang secara vertikal sangat tidak disarankan, sebab akan sangat berbahaya dengan longsoran batu. Berjalan secara beriringan secara horizontal, zig - zag dengan tetap menjaga jarak dan di jalur yang aman lebih disarankan untuk meminimalkan resiko. Berjalan dengan hati - hati dan tetap menjaga keselamatan diri dan pendaki lain mutlak diperlukan.
Sesampai di puncak, tidak ada “Kawah Mati dan Puncak Garuda” yang menjadi ikon Merapi. Semua berubah disaat kepulan asap putih menyembur keatas dan tangan sudah menggapai batu terakhir. Ini puncak dengan kaldera luas dan bibir kawah yang yang bergelombang.
Dibeberapa sisi nampak permukaan puncak yang tidak merata dan bergelombang diiringi suara gemuruh dari bawah sana, apalagi kalau bukan kawah. Seluas mata memandang sisi selatan dan barat daya yang ada hanya asap putih tebal dan dengan angin mengarah ke barat.
Berjalan di igir - igir kawah dengan ekstra hati - hati untuk melihat beberapa sisi Kawah dengan ketinggian dan tingkat kesulitan yang berbeda. Bila hati merasa ingin menggapai sebuah bukit kecil yang kemungkinan puncak sejati disisi Utara mengarah ke barat laut, urungkanlah, kartena resiko yang dipertaruhkan cukup besar.
Sebuah tantangan untuk mereka mau merintis menuju puncak sejati, sebab bukan perkara yang mudah untuk membuka jalur. Kemungkinan dibutuhkan peralatan panjat tebing sebagai pengaman yang mutlak diperlukan. Gunung Merapi memberikan kesempatan emas bagi mereka yang mencintai petualangan adrenalin diketinggian.