Kepercayaan dalam sebuah persahabatan selayaknya di pupuk dan digali lebih dalam. Sahabat terkadang memberi inspirasi dalam sebuah hal, sahabat sering kita butuhkan dalam keadaan tertentu yang terkadang sulit untuk kita lakukan. Menumbuhkan kepercayaan diri adalah hal utama yang bisa di dapatkan dari sebuah persahabatan. Seperti kisah berikut ini.
Lakpa Tsheri Sherpa, jatuh cinta pada paragliding saat melihat seseorang mendaratkan parasutnya di pegunungan Himalaya. Setelah ketiga kalinya ia sukses melakukan pendakian ke Gunung Everest, baginya, paralayang adalah sarana yang paling sederhana, paling cepat dan paling nyaman untuk turun dari puncak gunung.
Dua tahun lalu, Lakpa meminjam parasut dari salah seorang temannya, berlatih dengan sedikit arahan dari sang teman dan mencoba turun dari atas bukit diatas area tempat tinggalnya. Apa yang terjadi? Ia sukses menabrak pohon! Tidak ada kata kapok untuknya, dengan parasut pinjaman yang rusak parah, Lakpa pergi ke Pokhara, tempat para pencinta paralayang berkumpul.
Ia sangat berharap bisa menemukan orang yang dapat memperbaiki parasutnya dan sekaligus mengajarinya paralayang. Di Pokhara, ia bertemu dengan teman lamanya Sano Babu Sunuwar. Babu memperbaiki parasutnya, dan entah obrolan macam apa yang akhirnya membawa mereka berdua pada rencana Mendaki Everest, turun menggunakan parasut, bersepeda hingga menemukan sungai, kayaking melewati perbatasan Nepal dan India, lalu meneruskan pendayungan mereka di sepanjang sungai gangga hingga ke Samudera Hindia.
Secara garis besar, rencana mereka adalah sebuah perpaduan dari extreme sports, keberanian tingkat tinggi dan kepercayaan pada persahabatan. Bagaimana tidak, Babu yang berusia 28 tahun sama sekali tidak punya pengalaman mendaki gunung, sedangkan Lakpa yang berusia 11 tahun lebih tua, belum pernah menyentuh perahu kayak seumur hidupnya dan bahkan tidak bisa berenang!
Bulan April 2011, dua orang sahabat ini meminjam segala peralatan yang diperlukan, merancang rencana perjalanan mereka dan memulai pendakian ke Gunung Everest. Pada tanggal 21 Mei, mereka pun memecahkan rekor baru free flight 8.565 meter. Di sungai Kosi, dengan jeram tingkat 5, Babu terjebak dipusaran air yang sangat besar dalam kayaknya. Sedangkan Lakpa berhasil terus mengapung di aliran sungai. Begitu mereka tiba di sungai Gangga, mereka terus mendayung melewati daerah yang belum pernah mereka datangi sebelumnya.
Adrenalin mereka tak henti berpacu, bukan hanya ada saat melakukan olahraga ekstrim dan hampir kehilangan nyawa di pusaran air, ditengah perjalanan mereka pun dirampok dan ditodong dengan pisau. Buah - buahan yang tumbuh liar di sepanjang daerah yang mereka lewati pun menjadi pilihan untuk menyambung hidup.
Setelah 850 kilometer mendayung, Lakpa dan Babu sampai di Teluk Benggala. Pada tanggal 27 Juni, mereka menjadi orang pertama di dunia yang turun dari puncak Everest dan melanjutkan perjalanan hingga Samudera Hindia.
“Saat kami tiba di pantai, kami amat sangat ketakutan. Kami dikelilingi oleh kalajengking merah yang berukuran sangat besar” Ujar Babu. Kalajengking yang dimaksud Babu ternyata adalah kepiting yang sama sekali tidak berbahaya.
Mereka berdua mendapat pengakuan yang luar biasa dari komunitas Paralayang International. Bahkan di Nepal sendiri, mereka disebut - sebut sebagai pahlawan. Para petualang dari negara barat mengagumi dan memberikan acungan jempol untuk keberanian, kesederhanaan dan anggaran perjalanan mereka yang sangat terbatas.
Tidak ada promosi di social media, sponsor bahkan website mengenai expedisi mereka. Mereka lah salah satu contoh petualang sejati yang memiliki unsur penting petualangan..Kepercayaan Dalam Sebuah Persahabatan. source
Lakpa Tsheri Sherpa, jatuh cinta pada paragliding saat melihat seseorang mendaratkan parasutnya di pegunungan Himalaya. Setelah ketiga kalinya ia sukses melakukan pendakian ke Gunung Everest, baginya, paralayang adalah sarana yang paling sederhana, paling cepat dan paling nyaman untuk turun dari puncak gunung.
Dua tahun lalu, Lakpa meminjam parasut dari salah seorang temannya, berlatih dengan sedikit arahan dari sang teman dan mencoba turun dari atas bukit diatas area tempat tinggalnya. Apa yang terjadi? Ia sukses menabrak pohon! Tidak ada kata kapok untuknya, dengan parasut pinjaman yang rusak parah, Lakpa pergi ke Pokhara, tempat para pencinta paralayang berkumpul.
Ia sangat berharap bisa menemukan orang yang dapat memperbaiki parasutnya dan sekaligus mengajarinya paralayang. Di Pokhara, ia bertemu dengan teman lamanya Sano Babu Sunuwar. Babu memperbaiki parasutnya, dan entah obrolan macam apa yang akhirnya membawa mereka berdua pada rencana Mendaki Everest, turun menggunakan parasut, bersepeda hingga menemukan sungai, kayaking melewati perbatasan Nepal dan India, lalu meneruskan pendayungan mereka di sepanjang sungai gangga hingga ke Samudera Hindia.
Secara garis besar, rencana mereka adalah sebuah perpaduan dari extreme sports, keberanian tingkat tinggi dan kepercayaan pada persahabatan. Bagaimana tidak, Babu yang berusia 28 tahun sama sekali tidak punya pengalaman mendaki gunung, sedangkan Lakpa yang berusia 11 tahun lebih tua, belum pernah menyentuh perahu kayak seumur hidupnya dan bahkan tidak bisa berenang!
Bulan April 2011, dua orang sahabat ini meminjam segala peralatan yang diperlukan, merancang rencana perjalanan mereka dan memulai pendakian ke Gunung Everest. Pada tanggal 21 Mei, mereka pun memecahkan rekor baru free flight 8.565 meter. Di sungai Kosi, dengan jeram tingkat 5, Babu terjebak dipusaran air yang sangat besar dalam kayaknya. Sedangkan Lakpa berhasil terus mengapung di aliran sungai. Begitu mereka tiba di sungai Gangga, mereka terus mendayung melewati daerah yang belum pernah mereka datangi sebelumnya.
Adrenalin mereka tak henti berpacu, bukan hanya ada saat melakukan olahraga ekstrim dan hampir kehilangan nyawa di pusaran air, ditengah perjalanan mereka pun dirampok dan ditodong dengan pisau. Buah - buahan yang tumbuh liar di sepanjang daerah yang mereka lewati pun menjadi pilihan untuk menyambung hidup.
Setelah 850 kilometer mendayung, Lakpa dan Babu sampai di Teluk Benggala. Pada tanggal 27 Juni, mereka menjadi orang pertama di dunia yang turun dari puncak Everest dan melanjutkan perjalanan hingga Samudera Hindia.
“Saat kami tiba di pantai, kami amat sangat ketakutan. Kami dikelilingi oleh kalajengking merah yang berukuran sangat besar” Ujar Babu. Kalajengking yang dimaksud Babu ternyata adalah kepiting yang sama sekali tidak berbahaya.
Mereka berdua mendapat pengakuan yang luar biasa dari komunitas Paralayang International. Bahkan di Nepal sendiri, mereka disebut - sebut sebagai pahlawan. Para petualang dari negara barat mengagumi dan memberikan acungan jempol untuk keberanian, kesederhanaan dan anggaran perjalanan mereka yang sangat terbatas.
Tidak ada promosi di social media, sponsor bahkan website mengenai expedisi mereka. Mereka lah salah satu contoh petualang sejati yang memiliki unsur penting petualangan..Kepercayaan Dalam Sebuah Persahabatan. source