Mengenal Potensi Tanaman Obat Di Lawu. Jauh sebelum Indonesia merdeka, kawasan Lawu sudah dikenal sebagai sentra tanaman herbal dan obat tradisional. Hingga kini pun di kawasan tersebut masih di budidayakan ribuan jenis tanaman obat di bawah naungan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional ( B2P2TO-OT ), Tawangmangu, Karanganyar.
Munculnya B2P2TO-OT awalnya dirintis oleh RM Santoso sekitar tahun 1948 yang berupa koleksi tanaman obat dengan nama Hortus Medicus Tawangmangu.
Kemudian di tahun 1963 -1968, Hortus Medicus dinaungi Badan Pelayanan Umum Farmasi, yang kemudian dinaungi Ditjen Farmasi. Dan di tahun 1975 -1979, pemerintah RI menetapkan Hortus Medicus di bawah pengawasan Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Ditjen POM Depkes.
Kemudian berdasarkan SK Menkes No 149 / 1978, berubah menjadi Balai Penelitian Tanaman Obat ( BPTO ) Balitbangkes RI. Dan pada tanggal 17 Juli 2006, BPTO berubah menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional ( B2P2TO-OT ).
Saat ini pihak B2P2TO-OT telah meneliti lebih dari 1.000 jenis tanaman obat di kawasan Lawu. Bahkan juga telah membina beberapa kelompok petani tanaman obat di sekitar gunung itu. Sehingga diharapkan, bisa meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai fungsi penting dan keistimewaan tanaman obat bagi kehidupan.
Juga diharapkan bisa memberdayakan ekonomi masyarakat karena permintaan herbal di pasar internasional dan nasional sangat besar.
Dan pihak B2P2TO-OT telah melakukan eksplorasi dan penelitian tanaman obat dan obat tradisional di seluruh wilayah Indonesia. Juga mengembangkan pusat instalasi dan laboratorium tanaman obat, klinik sertifikasi jamu, serta laboratorium pemberantasan hama dan penyakit tanaman.
Dan bagi masyarakat yang berminat mencoba obat herbal dan tradisional, disana pun menyediakan klinik lengkap dengan para dokter dan pakar tanaman obat. Biayanya pendaftarannya hanya Rp 3.000 saja. Dan bentuk obat bisa kapsul, bisa dalam bentuk ramuan. Kalau sekadar berkonsultasi saja, juga siap melayani.
Kita pun optimis, ke depan tanaman obat akan semakin dilirik masyarakat, karena selain harganya yang terjangkau, dari sisi risiko jauh lebih aman daripada obat - obatan kimia.
Untuk itu kita berharap timbul kesadaran bersama untuk menjaga kelestarian lingkungan alam di manapun, khususnya di wilayah Lawu yang merupakan sentra herbal. Karena jika ada satu saja rantai ekosistem yang terputus maka dampaknya akan sangat fatal.
Layaknya hukum sebab akibat, di mana efeknya pasti berantai. Untuk itu, kewajiban kita bersama untuk selalu menjaga kelestarian alam ini. Karena di situ tersimpan puluhan ribu tanaman obat yang sangat bermanfaat bagi kehidupan.
Copyright Belantara Indonesia |
Kemudian di tahun 1963 -1968, Hortus Medicus dinaungi Badan Pelayanan Umum Farmasi, yang kemudian dinaungi Ditjen Farmasi. Dan di tahun 1975 -1979, pemerintah RI menetapkan Hortus Medicus di bawah pengawasan Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Ditjen POM Depkes.
Kemudian berdasarkan SK Menkes No 149 / 1978, berubah menjadi Balai Penelitian Tanaman Obat ( BPTO ) Balitbangkes RI. Dan pada tanggal 17 Juli 2006, BPTO berubah menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional ( B2P2TO-OT ).
Saat ini pihak B2P2TO-OT telah meneliti lebih dari 1.000 jenis tanaman obat di kawasan Lawu. Bahkan juga telah membina beberapa kelompok petani tanaman obat di sekitar gunung itu. Sehingga diharapkan, bisa meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai fungsi penting dan keistimewaan tanaman obat bagi kehidupan.
Juga diharapkan bisa memberdayakan ekonomi masyarakat karena permintaan herbal di pasar internasional dan nasional sangat besar.
Dan pihak B2P2TO-OT telah melakukan eksplorasi dan penelitian tanaman obat dan obat tradisional di seluruh wilayah Indonesia. Juga mengembangkan pusat instalasi dan laboratorium tanaman obat, klinik sertifikasi jamu, serta laboratorium pemberantasan hama dan penyakit tanaman.
Dan bagi masyarakat yang berminat mencoba obat herbal dan tradisional, disana pun menyediakan klinik lengkap dengan para dokter dan pakar tanaman obat. Biayanya pendaftarannya hanya Rp 3.000 saja. Dan bentuk obat bisa kapsul, bisa dalam bentuk ramuan. Kalau sekadar berkonsultasi saja, juga siap melayani.
Kita pun optimis, ke depan tanaman obat akan semakin dilirik masyarakat, karena selain harganya yang terjangkau, dari sisi risiko jauh lebih aman daripada obat - obatan kimia.
Untuk itu kita berharap timbul kesadaran bersama untuk menjaga kelestarian lingkungan alam di manapun, khususnya di wilayah Lawu yang merupakan sentra herbal. Karena jika ada satu saja rantai ekosistem yang terputus maka dampaknya akan sangat fatal.
Layaknya hukum sebab akibat, di mana efeknya pasti berantai. Untuk itu, kewajiban kita bersama untuk selalu menjaga kelestarian alam ini. Karena di situ tersimpan puluhan ribu tanaman obat yang sangat bermanfaat bagi kehidupan.