Edelweiss, sang bunga abadi. Selama ini bunga adalah sesuatu yang banyak disukai, terutama oleh para wanita. Bentuk yang unik dan warna yang indah adalah salah satu hal penyebab bunga banyak disukai. Tetapi bunga pada umumnya memiliki usia yang singkat dan segera luruh. Tetapi ada bunga yang tak akan mudah luruh. Ya bunga Edelweiss, sang bunga abadi.
Bunga Edelweiss merupakan ciri dari ekosistem sub-alphin. Ekosistem ini biasanya ditumbuhi oleh dataran yang ditumbuhi rumput Isachne pangerangensis, bunga Edelweiss ( Anaphalis javanica ), violet ( Viola pilosa ), dan cantigi ( Vaccinium varingiaefolium ).
Edelweiss atau Leontopodium alpinum merupakan salah satu keluarga bunga Matahari. Bunga ini hanya tumbuh di daerah pegunungan yang berbatu di atas ketinggian 2000 - 2900 dari permukaan laut.
Bunga yang berkhasiat mengobati sakit perut dan gangguan pernafasan ini menjadi bunga kebangsaan Austria dan Swiss serta termasuk bunga liar yang dilindungi. Bunga ini dilindungi karena memiliki masa hidup yang pendek. Bunga Edelweiss setelah dipetik beberapa kali tidak dapat menghasilkan benih dan akan segera mati, akhirnya mati dan lenyap dari lingkungan tumbuhnya.
Umumnya terdapat dua jenis bunga Edelweiss, Edelweiss Jawa, dan Edelweiss Eropa ( Leontopodium alpinum ). Edelweiss Eropa memiliki bunga yang lebih besar dan cantik, sedangkan Edelweiss Jawa merupakan bunga berumpun.
Edelweiss bisa tumbuh di atas tanah yang tandus karena tumbuhan ini bisa bersimbiosis dengan mikoriza atau jamur yang berada pada akar yang bisa menyerap nitrogen dan mengurai sampah - sampah organik.
Daunnya kecil - kecil dan diselimuti bulu - bulu seperti beludru. Musim berbunga berlangsung bulan April sampai Agustus. Setiap kuntum terdiri dari lima mahkota bunga berwarna kuning selebar 5 mm dikelilingi kelopak yang membentuk bintang.
Saat berbunga, aroma semerbak mengundang ratusan jenis serangga untuk menikmati madunya. Banyak serangga seperti kutu, lalat, kupu - kupu, lebah, dan serangga lainnya mati di sekitar Edelweiss dan menjadi pupuk organik yang ikut menyuburkan tanah.
Bunga Edelweiss menghasilkan serbuk - serbuk bunga generatif. Serbuk - serbuk bunga ini diterbangkan angin melewati jurang, lalu jatuh di lereng pegunungan yang tinggi dan menjadi tumbuhan Edelweiss yang baru.
Konon saat ini, padang Edelweiss yang masih utuh dan terjaga berada di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Padang Edelweiss yang terhampar pada ketinggian 2.700 meter di atas laut ini luasnya sekitar 50 hektar.
Semoga, serbuk - serbuk bunga Edelweis dari Pangrango ini bisa beterbangan dibawa angin dan menyebar ke semua lereng - lereng gunung di Indonesia. Lindungilah bunga abadi ini karena ekosistem bunga ini hanya terdapat di pegunungan tinggi dan populasinya terbatas.
Bunga Edelweiss merupakan ciri dari ekosistem sub-alphin. Ekosistem ini biasanya ditumbuhi oleh dataran yang ditumbuhi rumput Isachne pangerangensis, bunga Edelweiss ( Anaphalis javanica ), violet ( Viola pilosa ), dan cantigi ( Vaccinium varingiaefolium ).
Edelweiss atau Leontopodium alpinum merupakan salah satu keluarga bunga Matahari. Bunga ini hanya tumbuh di daerah pegunungan yang berbatu di atas ketinggian 2000 - 2900 dari permukaan laut.
Bunga yang berkhasiat mengobati sakit perut dan gangguan pernafasan ini menjadi bunga kebangsaan Austria dan Swiss serta termasuk bunga liar yang dilindungi. Bunga ini dilindungi karena memiliki masa hidup yang pendek. Bunga Edelweiss setelah dipetik beberapa kali tidak dapat menghasilkan benih dan akan segera mati, akhirnya mati dan lenyap dari lingkungan tumbuhnya.
Umumnya terdapat dua jenis bunga Edelweiss, Edelweiss Jawa, dan Edelweiss Eropa ( Leontopodium alpinum ). Edelweiss Eropa memiliki bunga yang lebih besar dan cantik, sedangkan Edelweiss Jawa merupakan bunga berumpun.
Edelweiss bisa tumbuh di atas tanah yang tandus karena tumbuhan ini bisa bersimbiosis dengan mikoriza atau jamur yang berada pada akar yang bisa menyerap nitrogen dan mengurai sampah - sampah organik.
Daunnya kecil - kecil dan diselimuti bulu - bulu seperti beludru. Musim berbunga berlangsung bulan April sampai Agustus. Setiap kuntum terdiri dari lima mahkota bunga berwarna kuning selebar 5 mm dikelilingi kelopak yang membentuk bintang.
Saat berbunga, aroma semerbak mengundang ratusan jenis serangga untuk menikmati madunya. Banyak serangga seperti kutu, lalat, kupu - kupu, lebah, dan serangga lainnya mati di sekitar Edelweiss dan menjadi pupuk organik yang ikut menyuburkan tanah.
Bunga Edelweiss menghasilkan serbuk - serbuk bunga generatif. Serbuk - serbuk bunga ini diterbangkan angin melewati jurang, lalu jatuh di lereng pegunungan yang tinggi dan menjadi tumbuhan Edelweiss yang baru.
Konon saat ini, padang Edelweiss yang masih utuh dan terjaga berada di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Padang Edelweiss yang terhampar pada ketinggian 2.700 meter di atas laut ini luasnya sekitar 50 hektar.
Semoga, serbuk - serbuk bunga Edelweis dari Pangrango ini bisa beterbangan dibawa angin dan menyebar ke semua lereng - lereng gunung di Indonesia. Lindungilah bunga abadi ini karena ekosistem bunga ini hanya terdapat di pegunungan tinggi dan populasinya terbatas.