Gunung berapi aktif merupakan tempat yang berbahaya bagi manusia. Letusannya bisa menyapu bersih sebuah kota dan bisa membinasakan banyak orang. Dan ada kisah nyata tentang gambaran betapa berbahayanya gunung berapi menyapu kota.
Kejadian yang pernah terjadi di kota Pompeii, Roma pada tahun 79 Masehi menjadi suatu peringatan akan betapa dahsyatnya letusan dari gunung Vesuvius yang merenggut ribuan nyawa dan mengawetkan mayat mereka tepat di mana mereka meninggal.
Tetapi kejadian waktu itu bukanlah diakibatkan oleh aliran lahar yang sangat panas, tetapi sesuatu yang tidak biasa. Lahar hanya mengalir dengan pelan dari kawah letusan gunung berapi, tapi dengan temperatur yang sangat panas dia juga bisa menghancurkan serta membinasakan semua yang dilaluinya.
Namun apa sebenarnya yang membunuh ribuan warga Pompeii? Itulah yang paling menakutkan dari gunung berapi.
Berikut ini 3 Cara Mati Dengan Gunung Berapi
1. Terpanggang Oleh Aliran Awan Panas Atau Gas Dari Gunung Api.
Kehancuran kota Pompeii, di Roma terjadi pada tanggal 24 Agustus tahun 79 Masehi ketika gunung Vesuvius meletus dengan dahsyatnya, dan melepaskan gelombang awan panas bercampur debu vulkanik dan bebatuan ( pyroclastic flows ) dengan kecepatan seperti badai, diperkirakan lebih dari 700 kilometer per jam.
Gelombang pyroclastic pertama turun di sekitar Herculaneum ( saat ini Ercolano, sebuah kota yang berada di Provinsi Naples, Campania di selatan Italia ) dengan temperatur mencapai 500 derajat Celcius. Panas yang membakar itu cukup untuk mendidihkan otak manusia dan dalam seketika membuat daging manusia menguap, sehingga hanya menginggalkan tulang belulang manusia yang gosong.
Namun, bagaimana warga Pompeii meninggal, telah menjadi misteri selama beberapa abad lamanya. Tapi para ahli vulkanologi saat ini telah menemukan alasan mengapa mereka sampai terbunuh, itu semua diakibatkan oleh aliran susulan dari gelobang pyroclastic.
Gelombang pyroclastic yang mencapai kota Pompeii diperkirakan jauh lebih dingin dari yang terjadi di sekitar Herculaneum, jadi walaupun tubuh korban tetap utuh, namun panas 'memanggang' daging mereka dalam seketika. Kemudian tubuh mereka terawetkan dengan material abu vulkanik yang menghujani tempat itu, dan beberapa dari jasad - jasad tersebut masih bisa kita dapati di kota Pompeii saat ini.
Gelombang pyroclastic bisa dibilang sebagai yang paling mematikan dalam sebuah letusan gungung api, karena gelombang pyroclastic dapat menjangkau jarak sampai beberapa mil jauhnya dari kawah letusan, dan kita mustahil untuk lari darinya jika kita tidak dievakuasi pada saat yang tepat.
2. Terkubur Dalam Aliran Lahar Dingin
Letusan gunung api juga bisa menimbulkan bahaya banjir lahar dingin. Belum terlalu lama di Indonesia, ketika gunung Merapi di pulau Jawa meletus, media massa santer memberitakan tentang bahaya lahar dingin.
Pernah terjadi di Kolombia, pada tahun 1985 ketika gunung Nevado del Ruiz meletus, awan panas yang keluar dari kawah letusan kemudian mencairkan lapisan es ( glaciers ) di gunung itu dan meluncurkan campuran lahar, abu vulkanik, lumpur dan batu - batu besar yang melaju dengan kecepatan 60 kilometer per jam, dan membunuh lebih dari 20.000 orang di kota Armero.
3. Tercekik Oleh Gas Beracun
Aliran awan panas dan lahar dingin merupakan kejadian yang dramatis, namun gunung api juga bisa menjadi "silent killers." Ketika sebuah gunung api berada di bawah sebuah danau, gas yang ditimbulakan dari magma bisa keluar dari kerak - kerak kulit Bumi dan kemudian terjebak di bawah air sebagai karbon dioksida.
Gerakan besar dari gempa Bumi atau juga bisa dari getaran tanah longsor besar, bisa mengakibatkan karbon dioksida yang terjebak di bawah air naik ke permukaan danau - kejadian yang sangat langka tapi hal itu bisa sangat mematikan, kejadian seperti itu dinamakan letusan 'limnic.'
Salah satu dari ( hanya ) dua letusan limnic yang tercatat sejarah terjadi di Kamerun pada tahun 1986. Sebuah tanah longsor terjadi di danau Nyos yang mengakibatkan 'terganggunya' keadaan di dasar danau yang ternyata merupakan kawah sebuah gunung api yang tidak aktif.
Lebih dari 80 juta kubik meter karbon dioksida yang terlepas ke permukaan danau dan naik ke desa - desa sekitar; kurang lebih 1.700 orang, ribuan satwa dan ternak yang terkena dampak, mereka tercekik oleh gas tersebut.
3 cara untuk mati yang 'disediakan' alam bagi kita manusia. Setiap kita pasti akan mati, tapi bagaimana cara kita mati tidak ada yang tahu. Selama kita hidup jangan sia - siakan waktu kita dengan hal - hal yang negatif dan merusak. Berkaryalah dengan sebaik - baiknya untuk orang banyak, dengan demikian membuat diri kita, jiwa kita, menjadi lebih bahagia. Selebihnya serahkan ke dalam tangan Tuhan Sang Pencipta semesta alam. src
Kejadian yang pernah terjadi di kota Pompeii, Roma pada tahun 79 Masehi menjadi suatu peringatan akan betapa dahsyatnya letusan dari gunung Vesuvius yang merenggut ribuan nyawa dan mengawetkan mayat mereka tepat di mana mereka meninggal.
Tetapi kejadian waktu itu bukanlah diakibatkan oleh aliran lahar yang sangat panas, tetapi sesuatu yang tidak biasa. Lahar hanya mengalir dengan pelan dari kawah letusan gunung berapi, tapi dengan temperatur yang sangat panas dia juga bisa menghancurkan serta membinasakan semua yang dilaluinya.
Namun apa sebenarnya yang membunuh ribuan warga Pompeii? Itulah yang paling menakutkan dari gunung berapi.
Berikut ini 3 Cara Mati Dengan Gunung Berapi
1. Terpanggang Oleh Aliran Awan Panas Atau Gas Dari Gunung Api.
Kehancuran kota Pompeii, di Roma terjadi pada tanggal 24 Agustus tahun 79 Masehi ketika gunung Vesuvius meletus dengan dahsyatnya, dan melepaskan gelombang awan panas bercampur debu vulkanik dan bebatuan ( pyroclastic flows ) dengan kecepatan seperti badai, diperkirakan lebih dari 700 kilometer per jam.
Gelombang pyroclastic pertama turun di sekitar Herculaneum ( saat ini Ercolano, sebuah kota yang berada di Provinsi Naples, Campania di selatan Italia ) dengan temperatur mencapai 500 derajat Celcius. Panas yang membakar itu cukup untuk mendidihkan otak manusia dan dalam seketika membuat daging manusia menguap, sehingga hanya menginggalkan tulang belulang manusia yang gosong.
Namun, bagaimana warga Pompeii meninggal, telah menjadi misteri selama beberapa abad lamanya. Tapi para ahli vulkanologi saat ini telah menemukan alasan mengapa mereka sampai terbunuh, itu semua diakibatkan oleh aliran susulan dari gelobang pyroclastic.
Gelombang pyroclastic yang mencapai kota Pompeii diperkirakan jauh lebih dingin dari yang terjadi di sekitar Herculaneum, jadi walaupun tubuh korban tetap utuh, namun panas 'memanggang' daging mereka dalam seketika. Kemudian tubuh mereka terawetkan dengan material abu vulkanik yang menghujani tempat itu, dan beberapa dari jasad - jasad tersebut masih bisa kita dapati di kota Pompeii saat ini.
Gelombang pyroclastic bisa dibilang sebagai yang paling mematikan dalam sebuah letusan gungung api, karena gelombang pyroclastic dapat menjangkau jarak sampai beberapa mil jauhnya dari kawah letusan, dan kita mustahil untuk lari darinya jika kita tidak dievakuasi pada saat yang tepat.
2. Terkubur Dalam Aliran Lahar Dingin
Letusan gunung api juga bisa menimbulkan bahaya banjir lahar dingin. Belum terlalu lama di Indonesia, ketika gunung Merapi di pulau Jawa meletus, media massa santer memberitakan tentang bahaya lahar dingin.
Pernah terjadi di Kolombia, pada tahun 1985 ketika gunung Nevado del Ruiz meletus, awan panas yang keluar dari kawah letusan kemudian mencairkan lapisan es ( glaciers ) di gunung itu dan meluncurkan campuran lahar, abu vulkanik, lumpur dan batu - batu besar yang melaju dengan kecepatan 60 kilometer per jam, dan membunuh lebih dari 20.000 orang di kota Armero.
3. Tercekik Oleh Gas Beracun
Aliran awan panas dan lahar dingin merupakan kejadian yang dramatis, namun gunung api juga bisa menjadi "silent killers." Ketika sebuah gunung api berada di bawah sebuah danau, gas yang ditimbulakan dari magma bisa keluar dari kerak - kerak kulit Bumi dan kemudian terjebak di bawah air sebagai karbon dioksida.
Gerakan besar dari gempa Bumi atau juga bisa dari getaran tanah longsor besar, bisa mengakibatkan karbon dioksida yang terjebak di bawah air naik ke permukaan danau - kejadian yang sangat langka tapi hal itu bisa sangat mematikan, kejadian seperti itu dinamakan letusan 'limnic.'
Salah satu dari ( hanya ) dua letusan limnic yang tercatat sejarah terjadi di Kamerun pada tahun 1986. Sebuah tanah longsor terjadi di danau Nyos yang mengakibatkan 'terganggunya' keadaan di dasar danau yang ternyata merupakan kawah sebuah gunung api yang tidak aktif.
Lebih dari 80 juta kubik meter karbon dioksida yang terlepas ke permukaan danau dan naik ke desa - desa sekitar; kurang lebih 1.700 orang, ribuan satwa dan ternak yang terkena dampak, mereka tercekik oleh gas tersebut.
3 cara untuk mati yang 'disediakan' alam bagi kita manusia. Setiap kita pasti akan mati, tapi bagaimana cara kita mati tidak ada yang tahu. Selama kita hidup jangan sia - siakan waktu kita dengan hal - hal yang negatif dan merusak. Berkaryalah dengan sebaik - baiknya untuk orang banyak, dengan demikian membuat diri kita, jiwa kita, menjadi lebih bahagia. Selebihnya serahkan ke dalam tangan Tuhan Sang Pencipta semesta alam. src