Mendaki gunung itu enaknya malam, tidak begitu terasa beratnya jalur. Daripada mendaki siang hari, sudah panas, lihat jalurnya sudah buat minder. Kira - kira seperti itu kata - kata dari para pendaki gunung kebanyakan. Tetapi tidak ada soal untuk naik gunung siang atau malam, itu hanya strategi dalam manajemen perjalanan.
Pada suatu waktu, ada pendakian ke Gunung Semeru. Biasanya para pendaki akan naik pada dini hari, agar sampai puncak saat fajar tiba atau sebelum pukul 09.00 wib. Ada aturan jika di puncak Gunung Semeru tidak boleh lebih dari pukul 10.00 wib karena dikawatirkan arah angin berubah, sehingga gas beracun mengarah pada pendaki. Pada kondisi seperti ini, mau tidak mau pendaki harus naik malam hari.
Berbeda dengan gunung - gunung yang tidak ada aturan jam, sehingga mau malam atau siang hari bebas untuk menuju puncak. Namun bagi beberapa teman, tetap nyaman naik gunung pada malam hari dengan alasan diatas. Tetapi ada juga pendaki lain yang jauh lebih menikmati pendakian pada siang hari, yakni berangkat pagi hingga menjelang senja.
Mungkin banyak yang kurang menyukai pendakian pada siang hari. Yang pasti jelas adalah cuaca yang panas terik, jalur yang mirip punggung ular naik tangga yang bikin mental ini kadang jatuh. Alasan klasik, tetapi jika sudah niat mendaki harus tetap dijalani setapak demi setapak.
Bahaya primer adalah ancaman yang datang dari lingkungan; cuaca, binatang buas dan gangguan alam lainnya. Potensi bahaya primer inilah yang dijadikan alasan, apakah harus mendaki malam atau siang hari.
Waktu benar - benar harus diperhatikan dan diperhitungan. Bagi mereka yang mendaki gunung - gunung bersalju dengan ketinggian diatas 4000 Mdpl, waktu begitu sangat berharga. Keputusan jalan pukul berapa dan berapa jam harus diperhitungkan dengan tepat.
Mendaki tak semata - mata mengukuhkan ego sampai puncak, tetapi harus memikirkan faktor - faktor yang bisa membahayakan keselamatan.
Mendaki pada siang hari memiliki banyak keuntungan. Navigasi akan sangat mudah sekali, karena bentang alam terlihat dengan jelas. Bagi pecinta fotografi, inilah surganya berburu keindahan, binatang liar hingga pemandangan alam yang menajubkan.
Pada siang hari, tentu saja tidak membutuhkan bantuan alat penerangan karena cahaya Matahari jauh lebih dari cukup. Manusia tercipta sebagai mahluk diurnal, yakni beraktifitas pada siang hari, sehingga inilah saatnya bekerja. Tingkat kewaspadaan siang hari jauh lebih baik dari pada malah hari, karena mata akan awas dalam melihat.
Menjelang senja, saatnya pendakian harus berhenti. Tenda didirikan, alat masak dan perbekalan dikeluarkan dan saatnya pesta kuliner saat makan malam tiba. Malam hari di dalam tenda yang hangat mungkin waktu yang tepat untuk bersosialisasi dengan sesama pendaki, sambil menikmati hangatnya cokelat susu.
Bagi pecinta fotografi, malam hari adalah moment yang pas untuk memotret angkasa dengan langit jernih. Bagi yang ingin tidur, inilah puncak rasa lelah dan segeralah masuk dalam kantung tidur sebelum esok harus melanjutkan perjalanan.
Lagi enak - enaknya dalam tenda yang hangat terdengar jejak langkah kaki dengan lampu senternya. Nafas terengah - engah, dan badan kedinginan karena keringat yang tak kunjung mengering. Tubuh mengeluarkan ekstra energi untuk menghangatkan badan serta menyuplai kebutuhan tenaga untuk otot - otot yang dipacu jalan malam hari. Disisi lain dalam tenda yang hangat, suara orang tidur mendengkur karena kelelahan menyiratkan tidur yang nyenyak dan nikmat.
Perjalanan pada malam hari memiliki resiko yang tak sebanding keuntungan cuaca tak panas dan tidak melihat jalan yang mengular. Tidak sedikit pendaki yang tersesat pada malam hari. Kemampuan navigasi pada malam hari akan terhalang pada gelapnya malam. Jarang ditemui pendaki yang memakai peralatan navigasi; peta, kompas, GPS kebanyakan mengandalkan pengalaman saja.
Menjelang fajar tiba, kita semua ketemu di puncak gunung. Bagi mereka yang semalam tidur nampak wajah - wajah segar dan bugar, berbeda dengan yang semalaman begadang sambil berjalan. Wajah kusut dengan mata merah serta tubuh yang nampak letih. Segera setelah semua itu berakhir, akan jalan turun menuju kaki gunung. Mau tidak mau kemarin yang berjalan siang atau semalam berjalan malam akan turun gunung pada siang hari juga.
Kembali lagi pada selera, apakah ingin jalan siang hari atau malam hari itu semua adalah pilihan. Sangat bijaklah jika bisa menilai kemampuan diri sebagai hakekat manusia diurnal, sebab malam hari adalah jatah mahluk - mahluk nocturnal.
Manajemen perjalanan yang baik dibuat untuk mengatur tiap langkah, apakah harus siang atau malam. Pilihan memiliki konsekuensinya masing - masing untuk meminimalkan potensi bahaya primer dan skunder, silahkah memilih… src
Pada suatu waktu, ada pendakian ke Gunung Semeru. Biasanya para pendaki akan naik pada dini hari, agar sampai puncak saat fajar tiba atau sebelum pukul 09.00 wib. Ada aturan jika di puncak Gunung Semeru tidak boleh lebih dari pukul 10.00 wib karena dikawatirkan arah angin berubah, sehingga gas beracun mengarah pada pendaki. Pada kondisi seperti ini, mau tidak mau pendaki harus naik malam hari.
Berbeda dengan gunung - gunung yang tidak ada aturan jam, sehingga mau malam atau siang hari bebas untuk menuju puncak. Namun bagi beberapa teman, tetap nyaman naik gunung pada malam hari dengan alasan diatas. Tetapi ada juga pendaki lain yang jauh lebih menikmati pendakian pada siang hari, yakni berangkat pagi hingga menjelang senja.
Mungkin banyak yang kurang menyukai pendakian pada siang hari. Yang pasti jelas adalah cuaca yang panas terik, jalur yang mirip punggung ular naik tangga yang bikin mental ini kadang jatuh. Alasan klasik, tetapi jika sudah niat mendaki harus tetap dijalani setapak demi setapak.
Bahaya primer adalah ancaman yang datang dari lingkungan; cuaca, binatang buas dan gangguan alam lainnya. Potensi bahaya primer inilah yang dijadikan alasan, apakah harus mendaki malam atau siang hari.
Waktu benar - benar harus diperhatikan dan diperhitungan. Bagi mereka yang mendaki gunung - gunung bersalju dengan ketinggian diatas 4000 Mdpl, waktu begitu sangat berharga. Keputusan jalan pukul berapa dan berapa jam harus diperhitungkan dengan tepat.
Tidak terbayangkan jika medan ini dilalui pada malam hari, padahal siang hari jauh lebih aman. Menuju Puncak Merapi |
Mendaki pada siang hari memiliki banyak keuntungan. Navigasi akan sangat mudah sekali, karena bentang alam terlihat dengan jelas. Bagi pecinta fotografi, inilah surganya berburu keindahan, binatang liar hingga pemandangan alam yang menajubkan.
Pada siang hari, tentu saja tidak membutuhkan bantuan alat penerangan karena cahaya Matahari jauh lebih dari cukup. Manusia tercipta sebagai mahluk diurnal, yakni beraktifitas pada siang hari, sehingga inilah saatnya bekerja. Tingkat kewaspadaan siang hari jauh lebih baik dari pada malah hari, karena mata akan awas dalam melihat.
Menjelang senja, saatnya pendakian harus berhenti. Tenda didirikan, alat masak dan perbekalan dikeluarkan dan saatnya pesta kuliner saat makan malam tiba. Malam hari di dalam tenda yang hangat mungkin waktu yang tepat untuk bersosialisasi dengan sesama pendaki, sambil menikmati hangatnya cokelat susu.
Bagi pecinta fotografi, malam hari adalah moment yang pas untuk memotret angkasa dengan langit jernih. Bagi yang ingin tidur, inilah puncak rasa lelah dan segeralah masuk dalam kantung tidur sebelum esok harus melanjutkan perjalanan.
Lagi enak - enaknya dalam tenda yang hangat terdengar jejak langkah kaki dengan lampu senternya. Nafas terengah - engah, dan badan kedinginan karena keringat yang tak kunjung mengering. Tubuh mengeluarkan ekstra energi untuk menghangatkan badan serta menyuplai kebutuhan tenaga untuk otot - otot yang dipacu jalan malam hari. Disisi lain dalam tenda yang hangat, suara orang tidur mendengkur karena kelelahan menyiratkan tidur yang nyenyak dan nikmat.
Mendaki siang hari asja seperti ini, bagaimana jika malam hari? |
Menjelang fajar tiba, kita semua ketemu di puncak gunung. Bagi mereka yang semalam tidur nampak wajah - wajah segar dan bugar, berbeda dengan yang semalaman begadang sambil berjalan. Wajah kusut dengan mata merah serta tubuh yang nampak letih. Segera setelah semua itu berakhir, akan jalan turun menuju kaki gunung. Mau tidak mau kemarin yang berjalan siang atau semalam berjalan malam akan turun gunung pada siang hari juga.
Kembali lagi pada selera, apakah ingin jalan siang hari atau malam hari itu semua adalah pilihan. Sangat bijaklah jika bisa menilai kemampuan diri sebagai hakekat manusia diurnal, sebab malam hari adalah jatah mahluk - mahluk nocturnal.
Manajemen perjalanan yang baik dibuat untuk mengatur tiap langkah, apakah harus siang atau malam. Pilihan memiliki konsekuensinya masing - masing untuk meminimalkan potensi bahaya primer dan skunder, silahkah memilih… src