Gunung Lawu, banyak yang belum mengetahui bila Gunung Lawu merupakan salah satu gunung tertinggi kelima di Pulau Jawa. Lawu juga termasuk salah satu gunung yang menjadi sumbunya Pulau Jawa, dan dimitoskan sebagai tempat sakral.
Gunung yang memiliki ketinggian 3.265 Mdpl ini masuk dalam jajaran tujuh puncak tertinggi di Pulau Jawa atau terkenal dengan julukan Seven Summits of Java. Gunung yang terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur ini memiliki keunikan dan fenomena yang tidak terdapat pada gunung lainnya. Tak hanya keunikan serta fenomena tersembunyi yang terdapat di Gunung Lawu.
Berbeda dengan gunung lainnya yang hanya memiliki satu puncak, Gunung Lawu ternyata memiliki tiga puncak, yakni puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan Hargo Dumilah yang merupakan puncak tertinggi. Gunung Lawu juga memiliki sebuah kawah yang sangat terkenal, yakni Kawah Condrodimuko.
Meskipun Gunung Lawu bukan yang tertinggi di Pulau Jawa, menurut pengalaman para pendaki yang sudah banyak mendaki berbagai gunung di Pulau Jawa, puncak Lawu terbilang yang terdingin.
Meski bukan termasuk jajaran gunung tertinggi di Pulau Jawa, suhu di puncak Lawu dirasa paling dingin. Saat musim kemarau, suhunya bisa mencapai minus 5 derajat Celsius. Hal ini disebabkan tiupan angin lebih kencang atau karena badai.
Gunung Lawu sangat terkenal memiliki penunjuk jalan sekaligus penunggu gunung, yaitu seekor burung misterius bernama Kyai Jalak Lawu. Biasanya burung jalak lawu berwarna hitam, namun burung ini berwarna gading. Nyatanya, tidak semua pendaki bisa bertemu Kyai Jalak Lawu.
Dalam hal ini para pendaki biasanya sudah memahami etika saat bertemu Kyai Jalak, yakni tidak boleh mengganggunya. Pantang bagi para pendaki untuk menganggu Kyai Jalak. Justru kemunculannya akan menjadi teman perjalanan para pendaki Gunung Lawu. Jika sampai diganggu, bisa dipastikan jalak ini akan membuat pendaki tersesat.
Namun bila niat kita baik, Kyai Jalak akan mengantar pendaki sampai ke puncak Gunung Lawu. Munculnya Kyai Jalak di hadapan para pendaki bukan bermaksud mencelakai, justru sebaliknya akan menjaga dan menjadi penunjuk jalan. Dan, itu hanya ada di Gunung Lawu.
Gunung Lawu juga merupakan habitat flora dan fauna yang mulai langka, yakni Elang Jawa, anggrek Lawu, dan Edelweis yang sangat dijaga kelestariannya juga dilindungi. Para pendaki dilarang keras turun membawa ke dua jenis bunga tersebut.
Dan, yang paling menarik, hanya di puncak Gunung Lawu bisa ditemui warung makan untuk memenuhi kebutuhan perut para pendaki. Bagi para pendaki yang sudah pernah menuju puncak Lawu, pasti mengetahui ada sebuah warung makan kecil di sana.
Warung legendaris Gunung Lawu adalah warung yang ditunggui seorang wanita tua biasa dipanggil Mbok Yem. Sajiannya yang terkenal adalah nasi pecel. Selain tempat untuk tempat makan, warung Mbok Yem juga menyediakan tempat buat para pendaki untuk bermalam.
Gunung yang memiliki ketinggian 3.265 Mdpl ini masuk dalam jajaran tujuh puncak tertinggi di Pulau Jawa atau terkenal dengan julukan Seven Summits of Java. Gunung yang terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur ini memiliki keunikan dan fenomena yang tidak terdapat pada gunung lainnya. Tak hanya keunikan serta fenomena tersembunyi yang terdapat di Gunung Lawu.
Berbeda dengan gunung lainnya yang hanya memiliki satu puncak, Gunung Lawu ternyata memiliki tiga puncak, yakni puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan Hargo Dumilah yang merupakan puncak tertinggi. Gunung Lawu juga memiliki sebuah kawah yang sangat terkenal, yakni Kawah Condrodimuko.
Meskipun Gunung Lawu bukan yang tertinggi di Pulau Jawa, menurut pengalaman para pendaki yang sudah banyak mendaki berbagai gunung di Pulau Jawa, puncak Lawu terbilang yang terdingin.
Meski bukan termasuk jajaran gunung tertinggi di Pulau Jawa, suhu di puncak Lawu dirasa paling dingin. Saat musim kemarau, suhunya bisa mencapai minus 5 derajat Celsius. Hal ini disebabkan tiupan angin lebih kencang atau karena badai.
Gunung Lawu sangat terkenal memiliki penunjuk jalan sekaligus penunggu gunung, yaitu seekor burung misterius bernama Kyai Jalak Lawu. Biasanya burung jalak lawu berwarna hitam, namun burung ini berwarna gading. Nyatanya, tidak semua pendaki bisa bertemu Kyai Jalak Lawu.
Dalam hal ini para pendaki biasanya sudah memahami etika saat bertemu Kyai Jalak, yakni tidak boleh mengganggunya. Pantang bagi para pendaki untuk menganggu Kyai Jalak. Justru kemunculannya akan menjadi teman perjalanan para pendaki Gunung Lawu. Jika sampai diganggu, bisa dipastikan jalak ini akan membuat pendaki tersesat.
Namun bila niat kita baik, Kyai Jalak akan mengantar pendaki sampai ke puncak Gunung Lawu. Munculnya Kyai Jalak di hadapan para pendaki bukan bermaksud mencelakai, justru sebaliknya akan menjaga dan menjadi penunjuk jalan. Dan, itu hanya ada di Gunung Lawu.
Gunung Lawu juga merupakan habitat flora dan fauna yang mulai langka, yakni Elang Jawa, anggrek Lawu, dan Edelweis yang sangat dijaga kelestariannya juga dilindungi. Para pendaki dilarang keras turun membawa ke dua jenis bunga tersebut.
Dan, yang paling menarik, hanya di puncak Gunung Lawu bisa ditemui warung makan untuk memenuhi kebutuhan perut para pendaki. Bagi para pendaki yang sudah pernah menuju puncak Lawu, pasti mengetahui ada sebuah warung makan kecil di sana.
Warung legendaris Gunung Lawu adalah warung yang ditunggui seorang wanita tua biasa dipanggil Mbok Yem. Sajiannya yang terkenal adalah nasi pecel. Selain tempat untuk tempat makan, warung Mbok Yem juga menyediakan tempat buat para pendaki untuk bermalam.