Gunung Barujari, Anak Gunung Rinjani ibarat seorang anak, Gunung Barujari masih terus 'tumbuh' dan membangun diri. Gunung Barujari yang dalam bahasa Sasak berarti 'gunung baru jadi' ini adalah anak dari Gunung Rinjani yang terletak di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, Lombok Nusa Tenggara Barat.
Sejak letusan tahun 1944 ( yang juga menandai terbentuknya gunung ini ), Gunung Barujari terus melakukan aktivitasnya sebagai anak gunung api yang entah kapan akan siap mencapai tahap penghancuran diri ( baca: meletus ).
Dengan ketinggian 2.376 Mdpl, Gunung Barujari ini tumbuh dari dalam kaldera Rinjani, dan disebut juga sebagai pusar Rinjani atau kerucut Rinjani. Gunung Rinjani sendiri memiliki ketinggian 3.726 Mdpl dan merupakan salah satu gunung favorit para pendaki sebab keindahan panorama yang ditawarkannya.
Berdasarkan penelitian, diperkirakan bahwa Gunung Rinjani purba memiliki ketinggian hingga 5.000 Mdpl. Akan tetapi, akibat beberapa kali meletus, Gunung Rinjani membentuk kaldera yang sekaligus mengurangi ketinggiannya. Gunung Rinjani telah mengalami serangkaian letusan sejak tahun 1884.
Adapun kaldera Rinjani luasnya sekira 3.500×4.800 m. Gunung Barujari berdiri kokoh di sisi timur kaldera Rinjani tersebut, dengan luas kawah sekira 170×200 m. Di kaldera ini juga terdapat Danau Segara Anak yang airnya bercampur belerang dan bewarna kebiruan.
Meski begitu, danau ini kaya dengan ikan air tawar yang boleh dipancing secara bebas terbatas oleh masyarakat lokal dan wisatawan yang mendaki Rinjani dan bermalam di sekitar danau. Danau yang cantik ini luasnya mencapai 11 hektar dengan kedalaman 230 m. Selain Gunung Barujari, terdapat pula anak gunung lain yaitu Gunung Rombongan dengan ketinggian sekira 2.110 Mdpl.
Gunung Barujari terbentuk akibat aktivitas vulkanik Rinjani. Meskipun gunung ini adalah anak Gunung Rinjani, aktivitas kawah Barujari jauh lebih kuat dibanding dengan kawah Rinjani. Hal ini dikemukakan oleh seorang geolog Belanda, Bemmelen yang juga merupakan orang pertama yang mencapai puncak Barujari tahun 1917.
Bemmelen mengaku bahwa mencapai puncak Barujari jauh lebih berat dibanding mencapai puncak Rinjani. Selain kondisi gunung yang terdiri dari batuan lepas dan kerikil yang licin, aktivitas dalam kawah gunung ini juga membuat pendakian kian berat. Bemmelen menggunakan rakit untuk menyeberangi Danau Segara Anak hingga ia dapat mencapai kaki Gunung Barujari sebelum akhirnya berhasil mencapai puncaknya di sisi selatan kawah Barujari.
Barujari yang kerap meletus dan sesekali menyemburkan uap panas memang terbilang labil. Bunyi gemuruh dan semburan uap panas kerap terjadi di kawah Barujari. Belum lagi suhu panas dari permukaan tanah di dekat kawah berikut gempa kecil yang sesekali terjadi adalah ciri lain mengenai kelabilan atau aktifnya anak Gunung Rinjani ini yang patut diwaspadai. Tentunya ini merupakan tantangan lainnya dalam mendaki gunung berapi aktif ini.
Selain itu, keberadaan Danau Segara Anak juga menjadi tantangan sendiri untuk mencapai Barujari. Jangan dikira mudah menyeberangi danau indah ini, saat - saat tertentu terutama sore hari angin kencang akan menyapu danau dan menghambat aktivitas menyeberang dan mengarungi danau.
Untuk menyeberang pun dibutuhkan perahu atau rakit dan tentu tak mudah mengangkut perahu karet sekalipun ke atas gunung yang memakan waktu sekira 7 - 9 jam pendakian. Membuat rakit sendiri setibanya di kawasan danau juga bukan perkara mudah.
Sebenarnya ada dua cara untuk mencapai puncak Barujari. Pertama adalah dengan cara menyeberangi danau untuk mencapai kaki gunung sebagaimana yang dipaparkan sebelumnya. Kedua, adalah dengan menyusuri lereng kawah kaldera namun dinilai terlalu berisiko sebab telah banyak memakan korban. Hal ini dikarenakan derajat kemiringan kawah nyaris tegak lurus dan kontur tanah yang licin bercampur kerikil dapat membahayakan pendaki. Apabila terpeleset, air danau yang dalam cukup membahayakan.
Meski begitu, masih saja ada orang - orang yang menantang dirinya untuk mendaki Gunung Barujari. Tercatat seorang vulkanolog dari Direktorat Geologi ( Bandung ), Kama Kusumadinata, pernah mencoba mendaki Barujari pada 1969 tetapi pendakian gagal bahkan sebelum menjejak kaki Barujari. Rakit yang akan digunakan untuk menyeberangi danau gagal dibuat dan ia tidak berani ambil risiko merayapi tebing kaldera Rinjani untuk mencapai puncak Barujari.
Selain Kusumadinata, Heryadi Rachmat, peneliti dari Museum Geologi, juga mencoba untuk mendaki Barujari. Tahun 1992, ia dan beberapa orang mengarungi Segara Anak dengan menggunakan dua ban dalam truk yang diikat tali. Usaha mereka ini cukup nekat mengingat mereka sama sekali tidak menggunakan pelampung padahal harus mengarungi danau yang dalamnya 230 meter hanya dengan dua ban.
Sebagai gunung merapi aktif, Gunung Barujari telah beberapa kali meletus dan berada dalam status waspada. Gunung Barujari tercatat meletus tahun 1944 ( sekaligus pembentukannya ), 1966, 1994, 2004, 2009, dan 2010.
Letusan yang terjadi tahun 2004 tidak memakan korban jiwa; tahun 2009, letusan Gunung Barujari memakan korban jiwa sebanyak 31 orang. Tahun 2009 tersebut, aktivitas lava yang mendesak Danau Segara Anak menyebabkan banjir bandang pada Sungai Tanggek yang terhubung dengan danau.
Aktivitas letusan terakhir terjadi pada Mei tahun 2010 lalu dan menciptakan kawah baru di sisi timur. Karakter umum letusan adalah berupa letusan abu disertai asap dan semburan lava panas. Lava yang mengalir ke Danau Segara Anak kabarnya mengurangi luas keseluruhan danau.
Untuk itu, harap berhati - hati saat melakukan pendakian ke Puncak Rinjani. Mendaki tanpa guide juga tidak disarankan. Penting juga untuk mencari informasi tentang aktivitas gunung ini melalui media atau menghubungi langsung pihak Taman Nasional Gunung Rinjanisrc
Sejak letusan tahun 1944 ( yang juga menandai terbentuknya gunung ini ), Gunung Barujari terus melakukan aktivitasnya sebagai anak gunung api yang entah kapan akan siap mencapai tahap penghancuran diri ( baca: meletus ).
Dengan ketinggian 2.376 Mdpl, Gunung Barujari ini tumbuh dari dalam kaldera Rinjani, dan disebut juga sebagai pusar Rinjani atau kerucut Rinjani. Gunung Rinjani sendiri memiliki ketinggian 3.726 Mdpl dan merupakan salah satu gunung favorit para pendaki sebab keindahan panorama yang ditawarkannya.
Berdasarkan penelitian, diperkirakan bahwa Gunung Rinjani purba memiliki ketinggian hingga 5.000 Mdpl. Akan tetapi, akibat beberapa kali meletus, Gunung Rinjani membentuk kaldera yang sekaligus mengurangi ketinggiannya. Gunung Rinjani telah mengalami serangkaian letusan sejak tahun 1884.
Adapun kaldera Rinjani luasnya sekira 3.500×4.800 m. Gunung Barujari berdiri kokoh di sisi timur kaldera Rinjani tersebut, dengan luas kawah sekira 170×200 m. Di kaldera ini juga terdapat Danau Segara Anak yang airnya bercampur belerang dan bewarna kebiruan.
Meski begitu, danau ini kaya dengan ikan air tawar yang boleh dipancing secara bebas terbatas oleh masyarakat lokal dan wisatawan yang mendaki Rinjani dan bermalam di sekitar danau. Danau yang cantik ini luasnya mencapai 11 hektar dengan kedalaman 230 m. Selain Gunung Barujari, terdapat pula anak gunung lain yaitu Gunung Rombongan dengan ketinggian sekira 2.110 Mdpl.
Gunung Barujari terbentuk akibat aktivitas vulkanik Rinjani. Meskipun gunung ini adalah anak Gunung Rinjani, aktivitas kawah Barujari jauh lebih kuat dibanding dengan kawah Rinjani. Hal ini dikemukakan oleh seorang geolog Belanda, Bemmelen yang juga merupakan orang pertama yang mencapai puncak Barujari tahun 1917.
Bemmelen mengaku bahwa mencapai puncak Barujari jauh lebih berat dibanding mencapai puncak Rinjani. Selain kondisi gunung yang terdiri dari batuan lepas dan kerikil yang licin, aktivitas dalam kawah gunung ini juga membuat pendakian kian berat. Bemmelen menggunakan rakit untuk menyeberangi Danau Segara Anak hingga ia dapat mencapai kaki Gunung Barujari sebelum akhirnya berhasil mencapai puncaknya di sisi selatan kawah Barujari.
Barujari yang kerap meletus dan sesekali menyemburkan uap panas memang terbilang labil. Bunyi gemuruh dan semburan uap panas kerap terjadi di kawah Barujari. Belum lagi suhu panas dari permukaan tanah di dekat kawah berikut gempa kecil yang sesekali terjadi adalah ciri lain mengenai kelabilan atau aktifnya anak Gunung Rinjani ini yang patut diwaspadai. Tentunya ini merupakan tantangan lainnya dalam mendaki gunung berapi aktif ini.
Selain itu, keberadaan Danau Segara Anak juga menjadi tantangan sendiri untuk mencapai Barujari. Jangan dikira mudah menyeberangi danau indah ini, saat - saat tertentu terutama sore hari angin kencang akan menyapu danau dan menghambat aktivitas menyeberang dan mengarungi danau.
Untuk menyeberang pun dibutuhkan perahu atau rakit dan tentu tak mudah mengangkut perahu karet sekalipun ke atas gunung yang memakan waktu sekira 7 - 9 jam pendakian. Membuat rakit sendiri setibanya di kawasan danau juga bukan perkara mudah.
Sebenarnya ada dua cara untuk mencapai puncak Barujari. Pertama adalah dengan cara menyeberangi danau untuk mencapai kaki gunung sebagaimana yang dipaparkan sebelumnya. Kedua, adalah dengan menyusuri lereng kawah kaldera namun dinilai terlalu berisiko sebab telah banyak memakan korban. Hal ini dikarenakan derajat kemiringan kawah nyaris tegak lurus dan kontur tanah yang licin bercampur kerikil dapat membahayakan pendaki. Apabila terpeleset, air danau yang dalam cukup membahayakan.
Meski begitu, masih saja ada orang - orang yang menantang dirinya untuk mendaki Gunung Barujari. Tercatat seorang vulkanolog dari Direktorat Geologi ( Bandung ), Kama Kusumadinata, pernah mencoba mendaki Barujari pada 1969 tetapi pendakian gagal bahkan sebelum menjejak kaki Barujari. Rakit yang akan digunakan untuk menyeberangi danau gagal dibuat dan ia tidak berani ambil risiko merayapi tebing kaldera Rinjani untuk mencapai puncak Barujari.
Selain Kusumadinata, Heryadi Rachmat, peneliti dari Museum Geologi, juga mencoba untuk mendaki Barujari. Tahun 1992, ia dan beberapa orang mengarungi Segara Anak dengan menggunakan dua ban dalam truk yang diikat tali. Usaha mereka ini cukup nekat mengingat mereka sama sekali tidak menggunakan pelampung padahal harus mengarungi danau yang dalamnya 230 meter hanya dengan dua ban.
Sebagai gunung merapi aktif, Gunung Barujari telah beberapa kali meletus dan berada dalam status waspada. Gunung Barujari tercatat meletus tahun 1944 ( sekaligus pembentukannya ), 1966, 1994, 2004, 2009, dan 2010.
Letusan yang terjadi tahun 2004 tidak memakan korban jiwa; tahun 2009, letusan Gunung Barujari memakan korban jiwa sebanyak 31 orang. Tahun 2009 tersebut, aktivitas lava yang mendesak Danau Segara Anak menyebabkan banjir bandang pada Sungai Tanggek yang terhubung dengan danau.
Aktivitas letusan terakhir terjadi pada Mei tahun 2010 lalu dan menciptakan kawah baru di sisi timur. Karakter umum letusan adalah berupa letusan abu disertai asap dan semburan lava panas. Lava yang mengalir ke Danau Segara Anak kabarnya mengurangi luas keseluruhan danau.
Untuk itu, harap berhati - hati saat melakukan pendakian ke Puncak Rinjani. Mendaki tanpa guide juga tidak disarankan. Penting juga untuk mencari informasi tentang aktivitas gunung ini melalui media atau menghubungi langsung pihak Taman Nasional Gunung Rinjanisrc