Ingin mendaki Jayawijaya, puncak tertinggi di Indonesia yang berada di wilayah Papua Indonesia? Ada sejumlah perusahaan yang khusus melayani pendakian ke Jayawijaya. Biasanya, pendaki berkumpul di Bali dan terbang ke Timika, Papua, dan kemudian ke Nabire. Nabire adalah kota paling dekat dengan rute pendakian.
Pendaki juga memiliki kesempatan untuk mengunjungi suku Dani di Lembah Baliem dalam perjalanan pulang. Perjalanan dengan operator wisata berpengalaman atau dengan pemandu sangat dianjurkan.
Beberapa Penerbangan Indonesia memiliki jalur penerbangan dari Jakarta atau Denpasar Bali menuju Papua, biasanya mereka transit di Makassar sebelum menuju ke Sorong, Timika atau Biak dan sampai di Jayapura.
Rute pendakian dibuka oleh penjelajah Indonesia telah dianggap sebagai rute paling aman, dimulai di desa - desa Ilaga, Boega, Hoya, Tsinga, dan beberapa desa lain yang melindunginya. Karena area pertambangan Freeport berada di zona gunung ini, membuat lebih sulit untuk mencapai puncaknya. Namun, rute ini, dikenal sebagai rute Sugapa - Suanggama, bekas pertambangan yang baik untuk dilalui oleh pejalan kaki dan pendaki.
Mengambil rute tradisional ini, pejalan kaki atau pendaki akan menghabiskan 22 hari di kaki gunung yang indah, berinteraksi dengan penduduk setempat, menikmati pemandangan indah, merasakan jalan berlumpur dan rawa, melintasi jembatan kayu, akhirnya mencapai akhir yang mendebarkan. src
Pendaki juga memiliki kesempatan untuk mengunjungi suku Dani di Lembah Baliem dalam perjalanan pulang. Perjalanan dengan operator wisata berpengalaman atau dengan pemandu sangat dianjurkan.
Beberapa Penerbangan Indonesia memiliki jalur penerbangan dari Jakarta atau Denpasar Bali menuju Papua, biasanya mereka transit di Makassar sebelum menuju ke Sorong, Timika atau Biak dan sampai di Jayapura.
Rute pendakian dibuka oleh penjelajah Indonesia telah dianggap sebagai rute paling aman, dimulai di desa - desa Ilaga, Boega, Hoya, Tsinga, dan beberapa desa lain yang melindunginya. Karena area pertambangan Freeport berada di zona gunung ini, membuat lebih sulit untuk mencapai puncaknya. Namun, rute ini, dikenal sebagai rute Sugapa - Suanggama, bekas pertambangan yang baik untuk dilalui oleh pejalan kaki dan pendaki.
Mengambil rute tradisional ini, pejalan kaki atau pendaki akan menghabiskan 22 hari di kaki gunung yang indah, berinteraksi dengan penduduk setempat, menikmati pemandangan indah, merasakan jalan berlumpur dan rawa, melintasi jembatan kayu, akhirnya mencapai akhir yang mendebarkan. src