Bangunan di kawasan wisata Gunung Kelud itu dari tampak luar cukup aneh dan menyeramkan. Bentuknya semacam tebing batu dengan lubang berbentuk lingkaran di bagian tengahnya. Lubang yang tampak gelap itu berdiamater sekitar 3 meter. Banyak pengunjung yang keluar dan masuk melalui lubang itu yang tentunya memancing rasa penasaran.
Ternyata bangunan itu adalah lorong atau terowongan yang dikenal dengan nama Terowongan Ampera. Terowongan ini merupakan bangunan peninggalan masa kolonial Belanda yang menuju ke bagian lagian di kawasan gunung ini.
Terasa cukup menegangkan dan menyeramkan juga ketika berjalan di dalam terowongan ini . Karena selain tampak gelap juga terasa lembab. Cukup banyak tanaman lumut yang tumbuh dan merambati bangunannya.
Terowongan Ampera ini dibangun berkaitan dengan letusan Gunung Kelud pada tahun 1919.Letusan ini termasuk yang paling mematikan karena menelan korban 5.160 jiwa dan merusak sampai 15.000 ha lahan produktif karena aliran lahar mencapai 38 km, meskipun di Kali Badak di kawasan Gunung Kelud telah dibangun bendung penahan lahar pada tahun 1905.
Karena letusan inilah kemudian dibangun sistem saluran terowongan pembuangan air danau kawah, dan selesai pada tahun 1926.
Secara keseluruhan dibangun tujuh terowongan. Pada masa setelah kemerdekaan dibangun terowongan baru setelah letusan tahun 1966, 45 meter di bawah terowongan lama.
Terowongan yang selesai tahun 1967 itu diberi nama Terowongan Ampera. Saluran ini berfungsi mempertahankan volume danau kawah agar tetap 2,5 juta meter kubik.
Letusan Gunung Kelud pada tahun 1990 yang berlangsung selama 45 hari, yaitu 10 Februari 1990 hingga 13 Maret 1990 juga menutup terowongan Ampera dengan material vulkanik dan normalisasnya baru selesai pada tahun 1994.
Di dalam terowongan sepanjang 110 meter ini memang ada beberapa lampu penerangan. Namun dengan cahayanya yang temaram tentu hanya bisa menyinari dan menerangi daerah di dekat lampu saja. Agak menjauh dari lampu itu , nuansa gelap akan menyelimuti lagi.
Banyak suara gaduh dan teriakan dari pengunjung ketika melewati bagian terowongan yang gelap itu yang terasa semakin menambah tegang dan seramnya suasana.
Beberapa diantara pengunjung itu tampak berjalan dengan menyalakan Ponsel sebagai cahaya penerang jalannya. Sementara pengunjung yang lainnya berjalan apa adanya di tengah kegelapan terowongan. Tak ayal, banyak diantara pengunjung itu yang saling bertubrukan atau bersenggolan di dalam sana.
Ternyata bangunan itu adalah lorong atau terowongan yang dikenal dengan nama Terowongan Ampera. Terowongan ini merupakan bangunan peninggalan masa kolonial Belanda yang menuju ke bagian lagian di kawasan gunung ini.
Terasa cukup menegangkan dan menyeramkan juga ketika berjalan di dalam terowongan ini . Karena selain tampak gelap juga terasa lembab. Cukup banyak tanaman lumut yang tumbuh dan merambati bangunannya.
Terowongan Ampera ini dibangun berkaitan dengan letusan Gunung Kelud pada tahun 1919.Letusan ini termasuk yang paling mematikan karena menelan korban 5.160 jiwa dan merusak sampai 15.000 ha lahan produktif karena aliran lahar mencapai 38 km, meskipun di Kali Badak di kawasan Gunung Kelud telah dibangun bendung penahan lahar pada tahun 1905.
Karena letusan inilah kemudian dibangun sistem saluran terowongan pembuangan air danau kawah, dan selesai pada tahun 1926.
Secara keseluruhan dibangun tujuh terowongan. Pada masa setelah kemerdekaan dibangun terowongan baru setelah letusan tahun 1966, 45 meter di bawah terowongan lama.
Terowongan yang selesai tahun 1967 itu diberi nama Terowongan Ampera. Saluran ini berfungsi mempertahankan volume danau kawah agar tetap 2,5 juta meter kubik.
Letusan Gunung Kelud pada tahun 1990 yang berlangsung selama 45 hari, yaitu 10 Februari 1990 hingga 13 Maret 1990 juga menutup terowongan Ampera dengan material vulkanik dan normalisasnya baru selesai pada tahun 1994.
Di dalam terowongan sepanjang 110 meter ini memang ada beberapa lampu penerangan. Namun dengan cahayanya yang temaram tentu hanya bisa menyinari dan menerangi daerah di dekat lampu saja. Agak menjauh dari lampu itu , nuansa gelap akan menyelimuti lagi.
Banyak suara gaduh dan teriakan dari pengunjung ketika melewati bagian terowongan yang gelap itu yang terasa semakin menambah tegang dan seramnya suasana.
Beberapa diantara pengunjung itu tampak berjalan dengan menyalakan Ponsel sebagai cahaya penerang jalannya. Sementara pengunjung yang lainnya berjalan apa adanya di tengah kegelapan terowongan. Tak ayal, banyak diantara pengunjung itu yang saling bertubrukan atau bersenggolan di dalam sana.