Sejak beberapa bulan terakhir ini, situs resmi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) tak henti - hentinya dibanjiri peringatan bahaya cuaca ekstrem yang melanda Indonesia. Cuaca ekstrem yang terjadi berupa hujan deras yang disertai dengan angin kencang dan kilat atau petir.
Kondisi cuaca ekstrem sangat berbahaya terutama bagi para pendaki yang nekat mendaki gunung di tengah cuaca ekstrem. Selain cuaca yang dingin dan kabut tebal serta hembusan angin kencang.
Hal yang paling mematikan dalam pendaki di cuaca ekstrem adalah sambaran petir. Seperti yang dilami tiga pendaki asal Jakarta yang tersambar petir saat melakukan pendakian di Gunung Sindoro, Jawa Tengah akhir pekan lalu.
Tiga pendaki yang diketahui bernama Jafar, Ferdian dan Doddy menderita luka bakar akibat tersambar petir. Mereka terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo untuk mendapatkan perawatan darurat.
Dunia pendaki dan pecinta alam Indonesia pernah memiliki catatan gelap pendakian maut yang disebabkan sambaran petir. Tepatnya menimpa dua anggota muda Wanadri, Aryadi Fallah ( 19 tahun ) dan Deni Prasetya ( 20 tahun ), keduanya tewas saat melakukan pendakian di Gunung Wayang bersama 80 anggota muda lainnya, Minggu 7 Maret 2010 lalu.
Tak hanya di Indonesia, dalam sejarah pendakian modern di dunia, tercatat satu nama pendaki melegenda yang juga menghembuskan nafas terakhir karena tersambar petir saat melakukan pendakian.
Ialah, Ian McKeever, pendaki asal Irlandia yang terkenal sebagai pendaki yang pernah menyelesaikan misi mendaki tujuh puncak tertinggi di tujuh benua dalam waktu tercepat, 32 hari dari waktu tercepat yang tercipta.
Ian tersambar petir saat melakukan pendakian bertema anti rasisme bersama sekelompok pendaki di Gunung Kilimanjaro, Tanzania pada 3 Januari 2013 lalu.
Petir memang bisa terjadi kapan saja terutama di musim hujan dan dapat menyambar di tempat mana saja terutama di wilayah dataran tinggi terbuka seperti di pegunungan.
Untuk mengantisipasi jatuhnya korban jiwa di kalangan pendaki akibat sambaran petir, sudah beberapa gunung pendakian di Indonesia yang dinyatakan ditutup total. Seperti Gunung Rinjani, Gunung Semeru, Gunung Gede Pangrango dan Gunung Ciremai.
Dalam halaman wikipedia disebutkan, petir, kilat, atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan di saat langit memunculkan kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan. Beberapa saat kemudian disusul dengan suara menggelegar yang disebut guruh.
Perbedaan waktu kemunculan ini disebabkan adanya perbedaan antara kecepatan suara dan kecepatan cahaya. Petir merupakan gejala alam yang bisa kita analogikan dengan sebuah kondensator raksasa, dimana lempeng pertama adalah awan ( bisa lempeng negatif atau lempeng positif ) dan lempeng kedua adalah Bumi ( dianggap netral ).
Seperti yang sudah diketahui kapasitor adalah sebuah komponen pasif pada rangkaian listrik yang bisa menyimpan energi sesaat ( energy storage ). Petir juga dapat terjadi dari awan ke awan ( intercloud ), dimana salah satu awan bermuatan negatif dan awan lainnya bermuatan positif.
Petir terjadi karena ada perbedaan potensial antara awan dan Bumi atau dengan awan lainnya. Proses terjadinya muatan pada awan karena dia bergerak terus menerus secara teratur, dan selama pergerakannya dia akan berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi ( atas atau bawah ), sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya.
Jika perbedaan potensial antara awan dan Bumi cukup besar, maka akan terjadi pembuangan muatan negatif ( elektron ) dari awan ke bumi atau sebaliknya untuk mencapai kesetimbangan. Pada proses pembuangan muatan ini, media yang dilalui elektron adalah udara.
Pada saat elektron mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah terjadi ledakan suara. Petir lebih sering terjadi pada musim hujan, karena pada keadaan tersebut udara mengandung kadar air yang lebih tinggi sehingga daya isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir.
Karena ada awan bermuatan negatif dan awan bermuatan positif, maka petir juga bisa terjadi antar awan yang berbeda muatan. src
Kondisi cuaca ekstrem sangat berbahaya terutama bagi para pendaki yang nekat mendaki gunung di tengah cuaca ekstrem. Selain cuaca yang dingin dan kabut tebal serta hembusan angin kencang.
Hal yang paling mematikan dalam pendaki di cuaca ekstrem adalah sambaran petir. Seperti yang dilami tiga pendaki asal Jakarta yang tersambar petir saat melakukan pendakian di Gunung Sindoro, Jawa Tengah akhir pekan lalu.
Tiga pendaki yang diketahui bernama Jafar, Ferdian dan Doddy menderita luka bakar akibat tersambar petir. Mereka terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo untuk mendapatkan perawatan darurat.
Dunia pendaki dan pecinta alam Indonesia pernah memiliki catatan gelap pendakian maut yang disebabkan sambaran petir. Tepatnya menimpa dua anggota muda Wanadri, Aryadi Fallah ( 19 tahun ) dan Deni Prasetya ( 20 tahun ), keduanya tewas saat melakukan pendakian di Gunung Wayang bersama 80 anggota muda lainnya, Minggu 7 Maret 2010 lalu.
Tak hanya di Indonesia, dalam sejarah pendakian modern di dunia, tercatat satu nama pendaki melegenda yang juga menghembuskan nafas terakhir karena tersambar petir saat melakukan pendakian.
Ialah, Ian McKeever, pendaki asal Irlandia yang terkenal sebagai pendaki yang pernah menyelesaikan misi mendaki tujuh puncak tertinggi di tujuh benua dalam waktu tercepat, 32 hari dari waktu tercepat yang tercipta.
Ian tersambar petir saat melakukan pendakian bertema anti rasisme bersama sekelompok pendaki di Gunung Kilimanjaro, Tanzania pada 3 Januari 2013 lalu.
Petir memang bisa terjadi kapan saja terutama di musim hujan dan dapat menyambar di tempat mana saja terutama di wilayah dataran tinggi terbuka seperti di pegunungan.
Untuk mengantisipasi jatuhnya korban jiwa di kalangan pendaki akibat sambaran petir, sudah beberapa gunung pendakian di Indonesia yang dinyatakan ditutup total. Seperti Gunung Rinjani, Gunung Semeru, Gunung Gede Pangrango dan Gunung Ciremai.
Dalam halaman wikipedia disebutkan, petir, kilat, atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan di saat langit memunculkan kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan. Beberapa saat kemudian disusul dengan suara menggelegar yang disebut guruh.
Perbedaan waktu kemunculan ini disebabkan adanya perbedaan antara kecepatan suara dan kecepatan cahaya. Petir merupakan gejala alam yang bisa kita analogikan dengan sebuah kondensator raksasa, dimana lempeng pertama adalah awan ( bisa lempeng negatif atau lempeng positif ) dan lempeng kedua adalah Bumi ( dianggap netral ).
Seperti yang sudah diketahui kapasitor adalah sebuah komponen pasif pada rangkaian listrik yang bisa menyimpan energi sesaat ( energy storage ). Petir juga dapat terjadi dari awan ke awan ( intercloud ), dimana salah satu awan bermuatan negatif dan awan lainnya bermuatan positif.
Petir terjadi karena ada perbedaan potensial antara awan dan Bumi atau dengan awan lainnya. Proses terjadinya muatan pada awan karena dia bergerak terus menerus secara teratur, dan selama pergerakannya dia akan berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi ( atas atau bawah ), sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya.
Jika perbedaan potensial antara awan dan Bumi cukup besar, maka akan terjadi pembuangan muatan negatif ( elektron ) dari awan ke bumi atau sebaliknya untuk mencapai kesetimbangan. Pada proses pembuangan muatan ini, media yang dilalui elektron adalah udara.
Pada saat elektron mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah terjadi ledakan suara. Petir lebih sering terjadi pada musim hujan, karena pada keadaan tersebut udara mengandung kadar air yang lebih tinggi sehingga daya isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir.
Karena ada awan bermuatan negatif dan awan bermuatan positif, maka petir juga bisa terjadi antar awan yang berbeda muatan. src