Adalah seorang putri dari India yang baru berusia 13 tahun menjadi perempuan termuda yang berhasil mendaki hingga ke puncak Gunung Everest. Malavath Poorna, putri seorang buruh miskin berhasil menggapai puncak Everest yang bertinggi 8.848 Mdpl pada 25 Mei 2014 lalu melalui jalur pendakian Tibet yang berbahaya.
Poorna dan kawannya yang berusia 16 tahun, berasal dari kasta terendah Dalit, mengatakan dia mendaki gunung itu bersama 10 penunjuk jalan asal Nepal sebelum mengibarkan bendera India di puncak gunung.
"Saya mulai berlatih untuk mendaki Everest pada September tahun lalu. Orangtua dan para pelatih sangat mendukung saya," kata Poorna kepada kantor berita AFP di Kathmandu, Nepal.
Dia menghabiskan waktu selama tujuh bulan untuk berlatih di perbukitan berbatu sebelum berlatih di kawasan dingin Ladakh, pegunungan Himalaya. Padahal Poorna berasal dari kawasan tropis Telangana di wilayah selatan India.
Ekspedisi selama 52 hari itu bisa terwujud setelah sebuah organisasi sosial milik pemerintah India menjadi sponsor remaja itu. Ayah Poorna hanyalah seorang buruh dengan pendapatan sekitar Rp 7 juta setahun.
Remaja perempuan bertubuh kecil ini mengatakan dia sangat percaya diri dalam ekspedisi itu, dan hanya sedikit gugup pada tahap terakhir pendaikian.
"Pagi itu, saya melihat enam jenazah sepanjang perjalanan saya menuju puncak. Pelatih saya sudah mengatakan banyak jasad pendaki yang ditinggalkan begitu saja di gunung. Meski demikian saya tetap syok saat melihatnya," kata Poorna.
Poorna mengatakan, upaya ini dilakukannya untuk membuktikan bahwa seseorang dari kasta rendah seperti dirinya juga bisa melakukan hal - hal besar.
"Saya ingin membutikan bahwa orang seperti saya, berasal dari kasta rendah, bisa melakukan apa saja yang kami mau," ujar Poorna.
Keberhasilan Poorna ini sudah diakui Himalayan Database, sebuah catatan yang dianggap paling kredibel soal pendakian di kawasan itu.
"Poorna adalah perempuan termuda yang mencapai puncak Everest. Ini adalah sebuah prestasi yang langka," kata Jeevan Shrestha, yang membantu pakar pendakian Elizabeth Hawley menyusun data pendakian di Himalaya itu.
Namun, pemerintah Tiongkok dan Nepal belum memberikan konfirmasi terkait keberhasilan Poorna itu.
Biasanya, para pendaki Gunung Everest lebih memilih jalur Nepal, yang jauh lebih populer dan mudah. Namun, pemerintah Nepal tidak memberikan izin mendaki bagi siapapun yang berusia di bawah 16 tahun.
Setelah sukses menggapai puncak Everest, apa yang kemudian akan dilakukan Poorna? "Saat ini saya hanya ingin pulang. Saya rindu ayam goreng dan nasi buatan ibu saya," kata dia polos. NGI
Poorna dan kawannya yang berusia 16 tahun, berasal dari kasta terendah Dalit, mengatakan dia mendaki gunung itu bersama 10 penunjuk jalan asal Nepal sebelum mengibarkan bendera India di puncak gunung.
"Saya mulai berlatih untuk mendaki Everest pada September tahun lalu. Orangtua dan para pelatih sangat mendukung saya," kata Poorna kepada kantor berita AFP di Kathmandu, Nepal.
Dia menghabiskan waktu selama tujuh bulan untuk berlatih di perbukitan berbatu sebelum berlatih di kawasan dingin Ladakh, pegunungan Himalaya. Padahal Poorna berasal dari kawasan tropis Telangana di wilayah selatan India.
Ekspedisi selama 52 hari itu bisa terwujud setelah sebuah organisasi sosial milik pemerintah India menjadi sponsor remaja itu. Ayah Poorna hanyalah seorang buruh dengan pendapatan sekitar Rp 7 juta setahun.
Remaja perempuan bertubuh kecil ini mengatakan dia sangat percaya diri dalam ekspedisi itu, dan hanya sedikit gugup pada tahap terakhir pendaikian.
"Pagi itu, saya melihat enam jenazah sepanjang perjalanan saya menuju puncak. Pelatih saya sudah mengatakan banyak jasad pendaki yang ditinggalkan begitu saja di gunung. Meski demikian saya tetap syok saat melihatnya," kata Poorna.
Poorna mengatakan, upaya ini dilakukannya untuk membuktikan bahwa seseorang dari kasta rendah seperti dirinya juga bisa melakukan hal - hal besar.
"Saya ingin membutikan bahwa orang seperti saya, berasal dari kasta rendah, bisa melakukan apa saja yang kami mau," ujar Poorna.
Keberhasilan Poorna ini sudah diakui Himalayan Database, sebuah catatan yang dianggap paling kredibel soal pendakian di kawasan itu.
"Poorna adalah perempuan termuda yang mencapai puncak Everest. Ini adalah sebuah prestasi yang langka," kata Jeevan Shrestha, yang membantu pakar pendakian Elizabeth Hawley menyusun data pendakian di Himalaya itu.
Namun, pemerintah Tiongkok dan Nepal belum memberikan konfirmasi terkait keberhasilan Poorna itu.
Biasanya, para pendaki Gunung Everest lebih memilih jalur Nepal, yang jauh lebih populer dan mudah. Namun, pemerintah Nepal tidak memberikan izin mendaki bagi siapapun yang berusia di bawah 16 tahun.
Setelah sukses menggapai puncak Everest, apa yang kemudian akan dilakukan Poorna? "Saat ini saya hanya ingin pulang. Saya rindu ayam goreng dan nasi buatan ibu saya," kata dia polos. NGI